Wawancara Spesial: Jadikan IPNU Ladang Ibadah dan Perjuangan

Di tengah kesibukan beliau sebagai ketua PW IPNU Jawa Tengah, saya masih sempat usil menghubunginya via whatsapp. Hari itu beliau sedang pelayon kesana-kemari untuk mempersiapkan pelantikan keesokan harinya. Saya kirimkan beberapa pertanyaan wawancara, yang secara ajaib dijawab hanya dalam beberapa jam kedepan di tengah jadwal yang sebegitu penuh. Saya curiga Ketua satu ini maniak gadget yang meski kaki melangkah kemanapun, jempolnya tetap lengket di layar handphone. Aihhh. Jempol beliau ya jadi hal beliau, sementara jempol saya harus saya berikan kepada sosok asli Brebes ini, yang tetap ramah meski kesibukannya seabrek. Berikut penggalan wawancara kami:

Menurut Anda, apa peran IPNU yang paling penting? Dalam kehidupan berbagsa maupun beragama

Peran IPNU dalam kehidupan bernegara bagi saya sangatlah penting. Karena IPNU adalah sebuah organisasi badan otonom Nahdlatul Ulama (NU) yang segmentasi garapannya adalah para remaja, pelajar dan santri. Kita mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam memberikan pemahaman beragama yang benar sesuai dengan ajaran Islam Ahlussunah wal Jama’ah kepada mereka. Di tengah kondisi yang semakin mengikisnya cinta tanah air khususnya di generasi muda, IPNU mempunyai peran yang sangat besar untuk meningkatkan kembali pentingnya mencintai bangsa Indonesia sebagai tanah air kita yang selama ini menjadi tempat berpijak. Di tangan IPNU lah harapan itu ada. Dengan usaha dan doa para ulama NU kami yakin cita-cita tersebut akan bisa terwujud.

Yakin IPNU bisa berperan?

Kita yakin peluang itu ada. IPNU sebagai organisasi pelajar juga mempunyai kesempatan untuk menjadi media pencetak para generasi bangsa yang unggul di masa yang akan datang. Tentunya itu harus dengan kerja keras dan keseriusan dalam melaksanakan sistem kaderisasi yang masif di seluruh Indonesia khususnya di Jawa Tengah. Saat ini juga sudah banyak para tokoh bangsa yang dulu pernah merasakan berproses di IPNU.

Lalu, kira-kira tantangan yang akan dihadapi apa saja?

IPNU mempunyai tantangan yang berbeda-beda di setiap masanya. Dulu ketika masa Orde Baru, tantangan IPNU adalah melawan diskriminasi pemerintah yang kebijakannya menyudutkan IPNU. Kini di era keterbukaan saat ini, IPNU juga mempunyai tantangan yang berbeda. Di era kebebasan yang semua orang mempunyai hak untuk berpendapat dan memperoleh informasi seluas-luasnya, seakan menjadi era yang kebablasan. Semua orang boleh melakukan apapun atas nama Hak Asasin Manusia (HAM). Dan seiring berkembangnya teknologi semua informasi bisa dengan mudah di sebar dan dikonsumsi oleh publik baik yang baik maupun yang buruk. Lah tantangan kita saat ini adalah pertama, melawan arus kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan budaya kita. Disadari atau tidak itu telah merubah budaya karakter generasi muda saat ini. Kedua, budaya borjuis dan konsumtif yang merasuk di otak generasi muda sehingga menjadikan manusia tidak produktif. Ketiga, Narkoba dan radikalisme yang merebah ke generasi muda saat ini menjadi ancaman yang sangat menakutkan bagi IPNU dan negara. Sangat membahayakan jika hal ini dibiarkan begitu saja dan pada akhirnya menjadi petaka di masa yang akan datang.

Strategi apa yang akan Anda lakukan untuk menyikapinya?

Dalam menyikapi beberapa tantangan tersebut, IPNU dituntut untuk mempunyai strategi dalam berorganisasi. Diantara yaitu IPNU harus kreatif dalam menjalankan roda organisasinya. Kreatifitas itu memang harus dilakukan oleh semua elemen IPNU agar tidak terkesan jumud. Mengkolaborasikan kegiatan-kegiatan yang modern dengan disisipkan misi keorganisasian IPNU. Tentunya dengan catatan yang tidak merusak kaidah-kaidah yang menjadi prinsip ideologi Aswaja dan Kebangsaan. Dengan kaidah “al-Muhafadlotu ‘ala qadimi al-shalih wa al-akhdzu bi al jadid al Ashlah” (Menjaga tradisi lama yang baik, dan mengambil tradisi baru yang lebih baik). Dengan demikian IPNU bisa menjadi menarik bagi generasi muda khusunya yang ada di daerah perkotaan.

Menurut Anda, apa yang berbeda dari IPNU, sehingga Anda memilihnya?

Bagi saya IPNU bukanlah organisasi yang biasa. Dalam hati saya sudah terpatri sebuah keyakinan bahwa IPNU aka membuahkan hasil yang bermanfaat baik itu untuk saya pribadi maupun untuk orang banyak. Kenapa demikian ? karena IPNU adalah sebuah organisasi anak dari NU, sedangkan NU adalah organisasi yang didirikan oleh para ulama yang secara batiniyah sangat dekat dengan Allah SWT. Maka dari itu kita yakin, walaupun para ulama yang mendirikan NU sudah tidak ada, tapi doa beliau akan selalu mengalir untuk kita yang istiqomah dalam berkhidmat di IPNU. Dan saya beranggapan bahwa kemarin, sekarang, atau yang kan datang, semua yang kita lakukan untuk IPNU tidak akan ada yang berlalu dengan sia-sia. Pasti kita akan menuai buahnya di kemudia hari.

Bagaimana kira kira posisi IPNU sepuluh tahun ke depan di tengah tengah pelajar, sudah berfikir sampai kesana?

IPNU 10 tahun yang akan datang akan menjadi PR kita semua para kader IPNU. Jika kita dalam melaksanakan kaderisasi secara masif, pasti 10 tahun yang akan akan semakin eksis dalam kiprahnya. Tapi jika lamban, tidak ada yang bisa menjamin IPNU masih ada atau tidak. Semua tergantung kita para kader IPNU.

Jika anda diberi kesempatan untuk menyampaikan pesan, apa dan untuk siapa?

Pesan saya khusunya untuk semua kader, anggota dan simpatisan IPNU, adalah tanggung jawab kita saat ini semakin besar. Maka harus ada sebuah niat yang tulus dan keseriusan dalam menjalankan amanat organisasi ini. Jadikan IPNU sebagai ladang ibadah sosial kita dan media meningkatkan protensi diri kita. Caranya adalah, minimal dalam satu hari kita mempunyai kesempatan untuk memikirkan IPNU minimal 10 menit. Karena dengan cara seperti itu, maka akan ada kepedulian yang tinggi untuk menjaga IPNU baik itu sekarang maupun nanti.

Demikianlah wawancara singkat jarak jauh yang biasa disingkat LDR, eh. Semoga kita semua bisa mengambil pelajaran dan menambah semangat dalam berjuang di IPNU-IPPNU. Yukk!

Muhammad Hidayatullah

mbahdoyok

Leave a Reply