Urban Farming, trend hidup sehat untuk daerah perkotaan

Setiap manusia dan makhluk hidup dimuka bumi pasti memiliki hal pokok yang menjadi inti kebutuhan dasar, diantaranya kebutuhan terhadap pangan. Beragam cara manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan atas pangan baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung manusia dapat melakukan dengan bercocok tanam, beternak serta menangkap ikan dan hasil laut lainnya. Namun jika secara tidak langsung dengan mencari akses terhadap kebutuhan pangan seperti pasar produk hasil pertanian (secara umum) untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut. Sedemikian pentingnya kebutuhan pangan bagi manusia yang hidup disebuah negara dan merupakan sebuah urusan pangan merupakan kebutuhan wajib.

Melihat berbagai gedung dan perkotaan yang kian merambah dibangun gedung bertingkah dan kepadatan jumlah populasi manusia maka ada istilah Urban Farming atau disebut pertanian perkotaan merupakan cara bertani dengan mengoptimalkan lahan yang dimiliki atau intensifikasi pertanian. Urban farming cocok untuk masyarakat perkotaan yang mayoritas memiliki lahan terbatas. Peranan urban farming tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan saja. Lebih dari itu, urban farming dapat juga dimanfaatkan untuk mengisi waktu luang bersama keluarga. Pertanian urban (red: urban farming) ini telah berkembang sebagai respon dari banyaknya masalah yang berkaitan dengan kehidupan di perkotaan, yakni semakin berkurangnya lahan pertanian karena pembangunan. Hal ini memicu orang-orang dengan kemampuan dan pengetahuan dalam bidang pertanian memanfaatkan peluang dengan mengoptimalkan potensi sumber daya sekitar. Tujuannya adalah membudidayakan tanaman sayuran pada lahan terbatas dan terlantar secara maksimal.

Beberapa contoh penerapan pertanian Urban yang dapat dilaksanakan pada pekarangan rumah atau disekitar rumah kita, antara lain 1). hidroponik, 2). polibag, 3). vertikultur, dan 4). memanfaatkan rooftop.

Yuk kenali cara mudah lakukan urban farming, sebagai berikut :

1. Manfaatkan setiap space kosong rumah disekitar kita, seperti halnya teras atau sisa lahan garasi
2. Siapkan tanah yang subur sebagai media tanam, bisa menggunakan media tanam bekas kotoran kambing atau hasil pembakaran sampah tumbuhan
3. Pilihlah bibit tanaman yang berkualitas tinggi, seperti sayuran sawi, kol, cabe dan tomat.
4. Rutin menyiram tanaman dalam jangka waktu 2 kali seminggu biar tanaman tidak layu.

Sebagai terobosan alternatif, trend pertanian urban dianggap sebagai sebuah gaya hidup sehat. Hal ini dikarenakan sebagian besar pertanian urban lebih memilih menerapkan sistem penanaman organik yang tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida sintetis. Selain itu, pertanian urban dapat menciptakan lingkungan yang nyaman dan sehat untuk ditinggali dengan berbagai sistem penanaman seperti vertikultur, hidroponik dan aquaponik yang dengan mudah dapat diterapkan di area terbatas.

Apabila pertanian urban bisa diikuti oleh masyarakat secara lebih meluas maka sebagai kegiatan produktif untuk pemberdayaan masyarakat dan menunjang perekonomian masyarakat. Hubungan sosial kemasyarakatan dapat tumbuh dengan menguatnya rasa kebersamaan dan menciptakan budaya bergotong royong di lingkungan masyarakat perkotaan.

Lebih penting lagi, pengembangan adanya urban farming secara terpadu dan berkelanjutan juga memiliki daya nilai bagi kesehatan, edukasi, dan wisata. Padatnya wilayah perkotaan karena banyaknya jumlah pemukiman, asap kendaraan, dan fasilitas umum membuat pencemaran semakin meningkat. Maka dengan adanya urban farming akan menjadikan Ruang Terbuka Hijau (RTH) semakin bertambah dan mengurangi polusi yang ada. Selain itu, adanya RTH juga dimanfaatkan untuk daya tarik berwisata dan sarana edukasi bagi masyarakat.

Yuk, mari silakan untuk dicoba kawan-kawan

*A’ISY HANIF FIRDAUS

A'ISY HANIF FIRDAUS

A'ISY HANIF FIRDAUS

https://ipnujateng.or.id/user/haniffhasyim_25/

Pelajar Nahdlatul Ulama Kota Bawang Merah

Leave a Reply