Gus Yusuf Chudlori, dalam Tausyiah Kebanggsaannya saat Pelantikan dan Rakerwil PW IPNU & IPPNU masa khidmat 2019-2022, menyayangkan beberapa waktu lalu sempat muncul wacana akan dihapuskannya pelajaran sejarah dari bangku sekolah.
“Kita boleh menatap ke depan sejauh-jauhnya. Tetapi kita tidak boleh melupakan sejarah. Sungguh sangat ironis ketika kemarin muncul, entah itu wacana atau gagasan, dari Kemendikbud untuk menghapus pelajaran sejarah”. Paparnya di hadapan ratusan kader IPNU & IPPNU pasca dilantik di hotel Pandanaran, Sabtu (26/09/2020).
Oleh karena itu, pengasuh Ponpes API Tegalrejo tersebut mengajak para kader IPNU & IPPNU untuk menjaga generasi calon pejuang ajaran Ahlussunnah waljamaah, dengan cara terus mengingat sejarah. Sebab tanpa paham sejarah, generasi muda bisa kehilangan pondasi.
“Generasi muda yang tidak paham sejarah, adalah generasi yang tanpa pondasi. Al-dunya al-dauroh, ingat! Dunia ini akan berputar. Maka sejarah demi sejarah akan terus berulang dan berulang. Peristiwa di zaman Rasulullah SAW. itu akan terulang kembali di zaman Sahabat. Kejadian dan peristiwa yang terjadi di zaman Sahabat akan berulang di zaman tabi’in tabi’at. Dan seterusnya. Hanya berganti setting dan latar belakang panggung serta pemainnya. Tapi hakikat peristiwa itu akan terus berulang dan berulang”. Ungkap putra al-maghfurlah K.H Chudlori, Tegalrejo.
Lebih lanjut, Gus Yusuf Chudlori menuturkan bahwa generasi muda NU tidak boleh melupakan jasa para ulama’.
“Maka, sungguh sangat bodoh dan ironis generasi-generasi yang melupakan sejarah. Teman-teman nasionalis punya idiom Jas Merah. Kita, NU, punya idiom Jas Hijau (jangan sekali-kali hilangkan jasa para ulama). Ini yang harus kita tanam. Dan harus menjadi motivasi, karena di pundak IPNU & IPPNU lah perjuangan para alim ulama ini akan diteruskan”. Imbuhnya.
Beliau juga mengingatkan agar sejarah dijadikan sebagai spion untuk menatap masa depan.
“Meski kecil, yang namanya spion, tetap penting dan dibutuhkan”. Tuturnya.
Di akhir, Gus Yusuf Chudlori berpesan bahwa sejarah, harusnya menjadi akar pondasi yang kokoh bagi para kader NU untuk berpegang teguh terhadap akidah Ahlussunnah waljamaah dan mencintai NKRI.
“Sejarah NU di Orde Lama, bisa kita pelajari. (Juga) Peran serta NU, dan tokoh-tokohnya, di zaman Orde Baru, hingga di era reformasi. Inilah yang harus menjadi pijakan kita bersama menatap ke depan kita meraih cita-cita setinggi mungkin, tetapi kita tetap berpijak, akar yang kuat, akidah yang kuat Ahlussunnah waljamaah dan akar yang kuat untuk mencintai NKRI”. Pungkasnya.