Ujuan Nasional (UN) tahun 2017 sebentar lagi dilaksanakan. Pada bulan April untuk tingkat SMA dan bulan Mei untuk SMP sederajat. Jika diperhatikan, musim Ujian Nasional (UN) ini memiliki tren yang hampir sama, yaitu perubahan perilaku sebagian siswa menjelang hari pelaksanaan UN. Perubahan perilaku yang terjadi mengarah kepada hal-hal yang bersifat positif.
Rajin Belajar
Jika dalam keadaan normal, belajar adalah hal yang sangat membosankan maka berbeda jika akan menghadapi UN. Intensitasnya menjadi sangat dominan. Pagi, sore dan malam dihabiskan untuk belajar, belajar dan belajar.
Memperbanyak latihan soal, agar pada saat UN mengenali cara penyelesaian setiap model soal. Hal itu memang perlu dilakukan, tetapi benarkah cara tersebut efektif dan efisien dalam membangkitkan nilai seseorang dalam UN ? Dengan memporsir kinerja otak, menumpuknya dengan banyak mengingat sesuatu, bukankah hal tersebut justru dapat membuat stres atau memicu depresi ?
Bagi seorang siswa, belajar adalah sebuah kewajiban. Dimana dalam implementasinya perlu pola yang sitematis, agar dalam menghadapi UN tidak menghabiskan energi otak secara berlebihan. Belajar pada dasarnya ya setiap hari, bukan hanya pada saat mau UN saja. Dengan memasukan pemahaman ilmu sedikit demi sedikit, maka pada saat UN siswa sudah siap baik secara mental maupun kedalaman ilmu.
Minta Maaf
Salah satu keanehan jelang UN adalah adanya pesan elektronik yang berisikan permohonan maaf dan mohon do’a restu. Ada sebagian sisiwa yang mengirim pesan seperti ini beberapa hari menuju UN diselenggarakan. Di dalamnya berisi permintaan maaf atas segala kesalahan yang telah diperbuat, selain itu pesan juga berisi permintaan untuk mendoakan si siswa agar diberi kemudahan dan kelancaran dalam UN serta lulus dengan nilai yang memuaskan. Meski hal ini terkesan sangat bijaksana, tetapi kenapa harus dilakukan menjelang UN?
Hakekatnya, pada saat melakukan kesalahan terhadap orang lain maka saat itu juga harusnya terlontar ucapan maaf. Kenapa harus menunggu mau UN ? Sebagai mahluk sosial, menjaga keharmonisan dengan senantiasa meminta maaf terhadap sebuah kejadian yang mungkin menimpa orang lain adalah sebuah keniscayaan. Tidak perlu menunggu momen tertentu. Jika ada kesalahan segerakanlah untuk meminta maaf, karena itu membawa kedamaian dalam hati kita.
Salat 5 Waktu dan Tahajud
Barang kali sudah tidak bisa dipungkiri lagi bahwa UN telah membawa dampak positif dalam perubahan perilaku sebagian siswa tak terkecuali di bidang keimanan. Ada kecenderungan terjadi peningkatan kualitas iman sebagian siswa pada saat menjelang UN. Salah satu indikasinya adalah salat lima waktu yang menjadi jarang ditinggalakan. Ditambah agenda tambahan yaitu salah tahajud.
Artinya, ada keinginan untuk lebih sering mendekatkan diri kepada Allah Swt. Agar apapun yang terjadi pada saat UN senantiasa mendapatkan pertolongan dari-Nya. Sebagain siswa perlu lebih banyak berinteraksi kepada Sang Kuasa dalam rangka merayu agar diberikan kemudahan dalam menghadapi UN. Puluhan bahkan ribuan doa dipanjatkan, mengharap Keridhoan Allah Swt. Sebagai hamba yang lemah tidak ada Dzat yang mampu menentukan hasil dari setiap proses kecuali Allah Swt. Manusia biasa termasuk siswa sudah pasti butuh Allah Swt. Akan tetapi kenapa kita mendekat kalau ada maunya saja? Kemana saat bahagia, rezeki dan nikmat menghampiri? Benar bahwa Allah menyuruh manusia untuk beribadah. Tujuan diciptakan tak lain hanya untuk menyembah-Nya. Tapi perlu dicatat Allah Swt tidak membutuhkan ibadah manusia. Tidak ada manfaat yang Allah Swt ambil dari ibadahnya manusia. Manusialah yang butuh akan segala Kuasa Allah Swt.
Ujian Nasional memang menjadi problematika tersendiri bagi sebagian pelajar. Hal ini yang membuat mereka harus memperbaiki banyak keadaan dalam menghadapi UN. Bahwa memang perlu ada langkah-langkah seperti diatas pada saat menjelang tetapi tidak kemudian pasca UN hal baik itu ditinggalkan. Iman bukanlah sesuatu yang sifatnya musiman, bukan itu, iman itu semakin hari semakin bertambah, semakin meningkat. Tidak karena UN atau hal apapun, tetapi karena Allah Swt.
Sesuatu yang bersifat kontuinitas akan lebih mustajab daripada sesuatu yang bersifat sesaat. Maka lewat tulisan ini ada harapan bahwa “Saleh Musiman” menjelang UN ini bisa dihilangkan. (MRC)
Ahmad Syifa