Jagat dunia maya memang perlahan menjadi daya tarik bagi kalangan muda-mudi hal ini terlihat dari beberapa fitur yang telah disediakan oleh aplikasinya. Media sosial sebagai suatu produk perkembangan teknologi dan komunikasi di zaman modern saat ini seolah telah menjadi kebutuhan primer bagi setiap individu di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Fungsi media sosial yang awalnya sebagai media komunikasi dan informasi kini telah meluas dan bahkan menjalar ke segala aspek kehidupan manusia. Pengguna aktif media sosial (netizen) saat ini sudah mencakup berbagai kalangan usia, dimulai dari orang dewasa, remaja, dan bahkan anak-anak. Sayangnya, peningkatan kuantitas ini tidak diiringi dengan peningkatan kualitas para netizen dalam menggunakan media sosial tersebut dengan bijak.
Belum lama ini, media sosial kembali heboh dengan fitur baru Instagram stories yaitu “add yours“. Add Yours merupakan sebuah fitur yang memberikan tantangan kepada penggunanya untuk memposting foto atau video mereka yang nantinya dapat diikuti oleh pengguna lain untuk ikut berpartisipasi dalam tantangan tersebut. Bagi netizen Indonesia, hal ini tentu sangat menarik perhatian dimana mereka dapat bebas berekspresi dan membagikan cerita mereka.
Memang dalam zaman seperti sekarang ini, kalangan muda tidak boleh gagap dengan berbagai arus kemajuan zaman dan terseret oleh arus gelombang pasang media informasi digital. Selain itu, kalangan muda juga tidak boleh terbawa arus demi status sosialnya, eksistensi dan aktualisasi diri ketimbang kebutuhan mendasar ini yang sering disebut dengan Bandwagon effect.
Efek bandwagon atau sering disebut efek ikut-ikutan adalah suatu kecenderungan yang terjadi pada individu untuk dapat memperoleh gaya, perilaku, atau sikap tertentu yang orang lain melakukannya. Efek ini adalah fenomena yang terjadi pada saat tingkat penyerapan keyakinan, ide, mode, dan tren akan terus meningkat sehubungan dengan proporsi orang lain yang telah melakukannya.
Bandwagon effect dapat terbentuk karena dipengaruhi berbagai sejumlah faktor seperti adanya tekanan konformitas (tekanan lingkungan sosial). Faktor lain adalah karena manusia cenderung ingin menang daam hal apapun, hal itulah kenapa saat kelompok sosial membentuk konformitas dan ikut melakukan tren tersebut. Maka hal inilah yang akan menimbulkan impresi bahwa hal tersebut adalah merasa paling benar. Faktor terakhir yang dapat menjelaskan munculnya bandwagon effect adalah adanya tekanan ikut terlibat. Manusia cenderung tidak menyukai menjadi yang berbeda dibandingkan dari yang lain. Sehingga melakukan hal yang sama dengan kelompok sosial akan dilihat sebagai cara untuk terlibat dan diterima secara sosial.
Contohnya fenomena viralnya penggunaan stiker “add yours” adalah sebuah contoh mengapa tren terbentuk dan cenderung akan diikuti oleh mayoritas masyarakat. Dalam teori psikologi, fenomena viral dan tren sesuatu dapat dijelaskan dengan teori bandwagon effect. Secara sederhana, bandwagon effect (efek kereta) terbentuk karena seseorang memilih mengikuti orang lain agar terlihat update dan tidak ketinggalan guna mendapatkan pengakuan dari orang lain tanpa memikirkan dampak negatif fitur tersebut yang akan terjadi kedepannya, misalnya seperti penipuan dengan modus meminta dan peminjaman uang, hingga penyebaran data pribadi yang digunakan untuk hal yang kurang terpuji.
Bagaimana islam memandang fenomena ini ? Allah SWT berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا ٣٦
Artinya: ‘’Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak kauketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.’’ (QS. Al-Isra: 36).
Efek Bandwagon ini akan sangat bias, tergantung pada jumlah tindakan orang yang mendukungnya. Semakin banyak pendukungnya, semakin tinggi pula kemungkinan orang lain juga akan mendukung tindakan tersebut. Ini adalah efek yang sangat umum terlihat hampir di semua orang. Ini juga digunakan secara luas dalam pemasaran dan politik. Menghindari efeknya adalah suatu keharusan agar kita dapat memproses peristiwa dengan benar secara ringkas. Harapannya para generasi muda jangan mudah tertarik dengan berbagai tindakan yang hanya dilandasi dengan rasa ikut-ikutan atau sekedar trend semata.
Penulis : A’ISY HANIF FIRDAUS,S.Ag.