Pentingnya Kesehatan Mental Bagi Remaja

Dinamika sosial dalam bermasyarakat memang selalu beranekaragam. Hal ini ditandai dengan adanya sikap baik buruk yang hampir selalu beriringan. Kesehatan mental bagi pemuda khususnya, sangatlah penting karena akan membentuk perilaku baik dan santun seseorang dalam menjalani bingkai kehidupan. Manusia sebagai makhluk dengan jiwa sosial paling tinggi, mampu memberikan warna tersendiri dalam berinteraksi dengan makhluk yang lainnya, khususnya dengan kita bersikap ramah dan santun kepada orang lain.

Adapun Fase yang dialami manusia terbagi empat periode yaitu; kanak-kanak, remaja, dewasa, dan tua. Fase tersebut sudah menjadi ketentuan yang tidak bisa ditawar lagi, karena semuanya sudah ketentuan dari Allah SWT (Sunatullah). Fase remaja menjadi fase yang sangat sering menjadi sorotan bagi sebagian masyarakat.

            Seperti lazimnya kesehatan fisik dalam diri seseorang, kesehatan mental juga tidak boleh lenggah dari perhatian untuk menunjukan bahwa kesehatan mental kita baik-baik saja atau tidak terganggu, kondisi fisik dan kualitas hidup juga bisa menurun akibat kesehatan mentalnya terganggu. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai apakah kesehatan mental kita baik-baik saja? Dan sangat penting bagi sebagian remaja saat ini, mari simak ulasan sederhana berikut ini.

Seseorang dapat dikatakan sehat secara mental apabila ia merasa hidupnya sejahtera, baik secara psikologis, emosional, maupun sosial. Kesehatan mental sangat berpengaruh terhadap bagaimana kondisi seseorang dalam berpikir, merasakan, bertindak, membuat keputusan, serta berinteraksi dengan orang lain.

            Menurut World Health Organization (WHO) dijelaskan bahwa, kesehatan mental adalah suatu kondisi dari kesejahteraan yang disadari oleh individu, dan yang di dalamnya terdapat sebuah kemampuan-kemampuan untuk mengelola beban yang disebabkan oleh fikiran atau stres dalam kehidupan sehari-hari secara wajar. Sederhananya, seorang individu dapat bekerja secara produktif dan menghasilkan interaksi dengan yang lainnya serta berperan di lingkungan dengan baik.

Tidak melulu kesehatan mental hanya menjadi pengaruh buruk bagi kesejahteraan dalam hidup, kesehatan mental juga sangat berpengaruh menjadikan timbulnya berbagai penyakit seperti halnya menyebabkan seseorang mudah merasa lemas, pusing, migrain, gangguan pencernaan, nyeri otot, serta jantung berdebar. Stres juga sering ditandai dengan sulit tidur di malam hari (Insomnia), tubuh terus bergemetar, kaki terasa dingin dan berkeringat, mulut kering, sulit menelan sesuatu, hingga menurunnya hasrat seksual.

Sebaliknya, jika seseorang mempunyai kesehatan mental yang cukup prima maka dirinya dapat menjalankan dan beraktivitas secara produktif dan menggunakan potensi yang dimilikinya dengan maksimal. Selain itu juga mampu berfikiran positif dan jernih ketika dihadapkan dengan berbagai macam persoalan yang menimpanya. Hal ini akan menuntun dirinya menjadi pribadi yang lebih baik dalam menyikapi sebuah masalah dan juga menyelesaikan masalah dengan baik.

Mental yang sehat juga sangatlah baik untuk menjalani kehidupan sosial. Orang dengan kesehatan mental yang sehat dapat berkomunikasi lebih baik, mudah dipahami dari cara penyampaiannya, mudah bergaul, dan memiliki pertemanan yang sehat. juga lebih mampu memberikan kontribusi yang baik terhadap teman-teman, komunitas atau orang-orang di sekitarnya.

Pemikir Muslim, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi’I atau al-Ghazali, meyakini manusia sebagai makhluk jasmani-ruhani dan aspek ruhiyah merupakan sebuah hakekat nyata. Terkait upaya menciptakan ketenangan jiwa, beliau menyebut jiwa terdiri dari empat elemen pokok, yakni al-qalb, al-ruh, al-nafs, dan al-aql. Empat elemen ini, secara esensi maknanya sama. Al-qalb dan al-nafs merupakan istilah yang kerap digunakan dalam Al-Qur’an sebagai representasi. Arti pertama nafs adalah nafsu-nafsu rendah yang kaitannya dengan raga dan kejiwaan, seperti dorongan agresif (al-ghadlab) dan dorongan erotik (al-syahwat). Kedua nafsu ini dimiliki oleh hewan dan manusia.

Allah SWT Berfirman:

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ ٢٨

            Artinya: ‘’(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram     dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan     selalu tenteram.’’ (QS. Ar-Rad:28)

Prof. KH. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah kata żikr mulanya mengucapakan dengan lidah dan berkembang menjadi “mengingat”, dalam ayat di atas dipahami arti menyebut nama Allah yang agung. Kontek ayat ini tentang żikrullāh yang melahirkan ketentraman hati yang mencakup keangungan, larangan dan perintah, dan Allah sebagai penolong dan pelindung (Shihab, M. Quraish., 2002) Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” Ketika manusia melupakan Sang Maha Pencipta dan kehilangan God view-nya, kehidupan jadi hampa. Menjauhkan diri dari Sang Pencipta, berarti mengosongkan diri dari nilai-nilai imani. Sungguh merupakan “kerugian” terbesar bagi manusia selaku makhluk berdimensi spiritual. “Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mendapat petunjuk.” (Q.S al-Baqarah (2):16).

Dalam menjalani kehidupan tentu banyak hal yang ditemui baik persoalan dan problematika adapun kepasrahan dan ketabahan yang diamalkan dalam diri manusia merupakan bentuk keimanan diri kepada Allah. Memohon pertolongan dan harapan atas masalah yang dihadapi hanya kepada Allah SWT. Sehingga akan muncul rasa optimis dan kekuatan karena keimanan dan ketaqwaan yang tinggi serta kuat akan membantu kesulitannya. Dengan demikian manusia tidak hanya berserah begitu saja dan dengan mudah putus asa dalam menghadapi problematika kehidupan. Yakinlah segala sesuatu problematika ada jalan solusinya.

Wallahu A’lam Bish Showwab

Penulis : A’isy Hanif Firdaus, S.Ag.

A'ISY HANIF FIRDAUS

A'ISY HANIF FIRDAUS

https://ipnujateng.or.id/user/haniffhasyim_25/

Pelajar Nahdlatul Ulama Kota Bawang Merah

Leave a Reply