Semarang – Polemik Full Day School memang meanrik perhatian banyak pihak. Banyak pihak, terutama yang selama ini sudah merintis pendidikan berbasis pesantren maupun dinniyah menganggap kebijakan ini menghasilkan lebih banyak kemadhorotan ketimbang sisi baiknya. Di Semarang sendiri, NU, Maarif, Banom dan berbagai elemen masyarakat yang menolak penerapan Full Day School menggelar Aksi Damai dengan melakukan longmarch dari Simpang Lima Menuju Gubernuran pada Jum’at 21 Juli 2017.
Setelah Sholat Jumat, massa yang kompak menggunakan baju putih sudah memadati simpanglima dengan berbagai macam atribut penolakan kebijakan Full Day School ini. Mulai dari spanduk, kertas karton yang dicoret-coret dengan spidol hingga ikat kepala menyuarakan berbagai kalimat seperti, “FDS Mematikan Madin” atau “Stop FDS” dan tentu masih banyak lagi.
Namun yang tidak luput dari perhatian adalah adanya pasukan semut yang turut serta dalam aksi sebagai tenaga kebersihan. Pasukan yang terdiri dari relawan dan kader IPNU-IPPNU Jawa Tengah ini membersihkan sampah-sampah sepanjang jalur aksi.
Ferial Farkhan, Ketua PW IPNU Jawa Tengah ketika dikonfirmasi menyampaikan bahwa sudah selayaknya setiap aksi dipikirkan dari berbagai macam segi agar dampaknya benar-benar positif.
“Kita sengaja siapkan pasukan semut yang terdiri dari anggota IPNU-IPPNU yang menjadi relawan bersih-bersih sampah yang berserakan di aksi damai tersebut. Aksi ini bertujuan positif, sehingga kita sudah koordinasi dengan pihak panitia agar aksi ini tidak meninggalkan kesan negatif”, terang pria asal Brebes ini.
Di beberapa daerah pelaksanaan FDS sudah dibatalkan atau ditunda karena banyaknya penolakan dari santri dan masyarakat.