Oleh : Rahman Jaya
Perkembangan media sosial yang begitu pesat , Istilah Bucin pasti sering kita temukan , Istilah Bucin membuat penasaran. Maklum penulis sudah agak sedikit tidak muda lagi hehe , ternyata istilah Bucin ditujukan kepada seseorang yang rela melakukan apa saja atas nama cinta. Bucin adalah bahasa anak zaman now yang merupakan kepanjangan dari kata Budak Cinta. Menurut KBBI, istilah Bucin ini tidak ada artinya, karena merupakan bahasa prokem saja, untuk arti bucin sendiri berarti orang yang tergila-gila akan cinta, orang tersebut mau melakukan apapun demi orang yang dia cinta.
Wah Keren ya jadi Bucin ibarat para pejuang di zaman penjajahan Belanda dulu. Demi tumpah darah , mau berkorban apa saja, bahkan matipun rela asal Merah Putih Berkibar.
Melihat arti kepanjangan dari Bucin (Budak Cinta), Ada Kata Budak yang artinya suatu kondisi di saat terjadi pengontrolan terhadap seseorang oleh orang lain, gimana kalo kita ganti dengan ” Peci ” Pejuang Cinta saja biar kaya para pejuang pejuang dulu gitu , tapi nggak ada salahnya juga sih kalaupun pakai istilah Bucin Buat mengingatkan kita, bahwa manusia adalah ciptaan Allah swt. dan kita tentunya harus bucin ( Budak cinta ) kepada Sang Pencipta .
Bucin hadir bahkan ada dalam diri ketika kita gabut , punya waktu banyak tapi gak tau mau ngapain. pulang ngampus, pulang sekolah, selesai bersih-bersih rumah. terus ngapain lagi? Nah, ketika keadaan gabut itulah muncul dan melahirkan jiwa Bucinya yang bikin kepikiran si do’i, hee..
Hmmm.. Kepikiran si do’i yang tak kunjung usai mengakibatkan rindu yang menjadi candu hingga membuat sendu, Sedangkan Rindu itu berat kata Bang Dilan, bisa membuat kita malas melakukan sesuatu. Apalagi untuk belajar pelajaran sekolah rasanya malas, jadi gak lulus lulus deh.
Usia-usia pelajar harusnya semangat dalam belajar. Sebenarnya gampang kok, coba aja kalo kita alihkan Bucin kita untuk hal-hal yang berfaedah , dari mencintai mata pelajaran di sekolah atau mencintai guru misalnya. Sehingga Kita pun merasa lebih semangat dalam belajar, gak percaya coba aja, Hehe.
Sifatnya cinta itu memang berlebihan , begitu juga para pecinta Sholawat saat menghadiri majelis sholawat. Mereka sampai rela berdesak-desakan, Pulang sampai larut malam yang paginya mengabitkan kantuk , Ada lagi yang sampai joget-joget mengibarkan bendera saat lantunan-lantunan sholawat di kumangdangkan. Bhakan sampai ada bendera slank dan OI di kibarkan, hehe. Itu semua bentuk Cinta atau Mahabbah kepada Rosulullah SAW .
Cinta tanpa ungkapan pembuktian dan pengorbanan itu hambar rasanya, ibarat cinta kepada Rasulullah ketika mengungkapkan cinta dengan bersholawat, membuktikan cinta dengan mengikuti perintah ajaran juga teladan Rosul yang di teladani dari sahabat, tabi’in sampai para ulama’ yang biasa kita sebut Ahlussunnah Waljamaah, tentunya Jam’iyyah Nahdlatul ulama’ sebagai wadah / organisasi yang berlandas Ahlussunnah Waljamaah sebagai rujukan kita untuk membuktikan bahwa kita Cinta Rosulullah , di NU sendiri ada juga wadah-wadah sesuai umur. Ada Muslimat untuk ibu-ibu , ada Fatayat NU untuk Ibu-ibu yang muda, ada Ansor untuk Pemuda NU, Nah IPNU-IPPNU inilah wadah untuk para pelajar seperti kita , pengorbanan pun harus kita lakukan mulai dari waktu, tenaga, pikiran, dan lainnya dalam hal berproses bahwa kita sungguh-sungguh mencintai Rasulullah SAW. Seperti perkataan K.H Munif Zuhri Demi sebuah perjuangan aku rela tidak menjadi apa-apa, barangkali cukup bagiku hanya menjadi sebutir debu yang menempel pada tiang bendera NU yang tak sempat terusap sampai hari kiamat.
Berbicara perihal cinta memang tak akan ada habisnya. Cinta bukanlah hal yang mudah, karena perasaan cinta harus diawali dahulu dengan perkenalan. Tidak ada cinta yang tumbuh begitu saja tanpa ada pengertian dan pengorbanan. Di samping itu cinta tidak mengenal perhitungan. Kalau gitu, ayuh ah mulai kita mengenal IPNU-IPPNU biar bisa jatuh cinta padanya, hehe.
Cinta itu fitrah setiap insan, merupakan anugrah dari Allah yang turun untuk semua hambanya. Tidak dimintapun dia tetap bakal dateng sendiri. Anugrah itu pasti positif dan akan membawa kepada hal yg baik. Kalaupun ada yang berujung negatif, itu salah orangnya dalam memaknai cinta bukan salah cintanya.
Cinta itu Meninggikan bukan Merendahkan, Memuliakan bukan Melecehkan, Memperbaiki bukan Merusak, Menghargai bukan Menghina, Menjaga bukan Membahayakan, rumusnya ada di Rukun Islam.
Penulis sudah terlanjur jatuh cinta pada IPNU sehingga di manapun berada Cinta itu tak akan pernah sirna dan selalu bangga dengan yang ada.
Mari Bersama Sama Belajar Menjadi Buchin Yang Berfaedah
Salam Cintaku padamu Rekan-Rekanita , Bangga jadi IPNU ( aku) dan Cinta IPPNU( Kamu ).
Mari Bersama Sama Belajar Menjadi Buchin Yang Berfaedah