Memaknai Hidup dalam Secangkir Kopi

*R. Hasan

 

“Nikmatnya hidup lebih mirip dengan menikmati kopi hitam. Campuran yang tepat antara gula, kopi, dan air panas menjadikan rasanya menarik.”

 

Filosofi kehidupan bisa kita analogikan dengan secangkir kopi hitam. Meskipun banyak ragamnya, maupun cara pembuatannyan, akan tetapi tetap saja akan menjadi ciri khas yang berbeda ketika disajikan. Analogi yang tepat ketika diimplementasikan dengan kehidupan manusia.

 

Kopi kadang kala identik dengan minuman bagi mereka yang suka begadang. Cita rasanya yang sedikit pahit, ketika hanya sedikit gula dituankan kedalamnya. Ataupun ‘neg’ ketika terlalu banyak gula, menjadikan kopi sedikit banyak menggambarkan kehidupan manusia.

 

Dimulai dari kopi murni, atau biasa disebut biji kopi. Rasa dasarnya adalah pahit, seakan menceritakan bahwa kepahitan adalah hal yang niscaya terjadi dalam hidup. Rasa pahit ini dapat dianalogikan dengan rintangan, cobaan, ujian maupun permasalahan yang hadir ketika menjalani kehidupan. Pahit sering identik dengan kesedihan. Beranjak ke warna, hitam menjadi ciri khas ketika biji kopi sudah melewati proses penggorengan. Hitam masih pula diibaratkan dengan kepedihan, sengsara, meskipun ada kadang hitam juga diartikan sebagai warna kedalaman.

 

Berlanjut kepada gula, yang tentunya manis. Rasa dasar manis ini dapat dianalogikan menjadi kehidupan yang indah. Dimulai dari kebahagiaan, kegembiraan, haru, hingga kesenangan, semua seakan mewakili rasa manis. Gula menjadi simbol segala hal indah tersebut.

 

Elemen terpenting, yang kadang kala kita lupakan, adalah air. Harus diketahui, meskipun dikembalikan pada selera masing- masing penikmat, kopi terasa lebih mantab ketika harus disajikan dengan air panas. Air lebih sering diartikan sebagai penanda netralitas. Dari rasanya yang tawar, ditambah warnanya yang bening, air benar adanya ketika harus menjadi penanda netralitas. Hal ini dapat diartikan sebagai tempaan, atau penyikapan kita terhadap hidup. Setiap orang bebas menilai hidup ini dengan apa yang dia citrakan. Berbeda, analogi air panas dapat diartikan sebagai tempaan yang keras. Meskipun masih kembali pada penafsiran pribadi, air panas atau tempaan yang keras ini, dipadukan dengan kepahitan dan kesenangan hidup akan menimbulkan hasil yang terasa begitu nikmat.

 

Inilah filosofi dari kopi, tentunya setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda. Dan hal ini menunjukkan keberagaman dari manusia tersebut. Yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi dengan positif terhadap apapun dalam hidup.

radengaluh

radengaluh

Leave a Reply