Belajar Dari ‘Sang Kyai’

Barangkali generasi sekarang jarang mengetahui tokoh-tokoh pendiri bangsa, atau barangkali malah tidak mengetahui sama sekali. George Santayana (1863-1952) pernah memperingatkan bahwa mereka yang gagal mengambil pelajaran dari sejarah dipastikan akan mengulangi pengalaman sejarah itu. Dan benarlah apa yang dikatakan pepatah bahwa sejarah selalu berulang kembali.

Adalah Aguk Irawan yang mencoba mengenalkan sosok penting dalam sejarah Republik Indonesia dengan cara yang lain, yaitu menuliskan tokoh tersebut dalam bentuk novel. Mungkin ini menjadi salah satu cara Aguk Irawan agar bisa mempelajari sejarah yang selama ini terkesan ‘njlimet’ bisa dengan mudah dipahami, terutama untuk generasi muda.

Lewat Novel karyanya yang berjudul “Penakluk Badai; Novel Biografi Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari Pendiri Nahdlatul Ulama”, Aguk Irawan mencoba mengenalkan tokoh kiai yang sangat dikenal di negeri ini, terutama kalangan Nahdlatul Ulama.

Dalam novel ini, Aguk Irawan mencoba memberikan gambaran tentang sosok kiai kharismatik ini, dari asal-usul keluarganya, masa kecil beliau, perjalanan panjang beliau dalam mencari ilmu kepada banyak ulama terkemuka, persahabatan beliau dengan KH. Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah), perjuangan beliau dalam mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama, juga kiprah beliau dalam membantu memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini.

Membaca karya ini seolah kita menyaksikan langsung perjalanan sang kiai lewat narasi yang ditulis, dan juga dialog yang diciptakan benar-benar nyata membuat kita merasa tidak sedang membaca novel sejarah. Padahal dalam novel ini juga memuat banyak fakta sejarah yang mencakup tanggal, tempat, dan peristiwa yang terjadi selama masa perjuangan merebut kemerdekaan.

Novel ini tak ubahnya adalah sebuah bacaan yang memang cocok dibaca oleh siapa pun dari kalangan mana pun. Novel yang sarat akan makna ini hadir di tengah situasi bangsa yang sedang membutuhkan pelajaran dari sosok kharismatik ini.

Di tengah situasi bangsa Indonesia yang mudah dilanda konflik dan propaganda untuk saling menjatuhkan satu sama lain dewasa ini, saya kira membaca novel karya Aguk Irawan ini bisa menjadikan cerminan kita untuk bertindak, bahwa teladan dari sang kiai (KH. Hasyim Asy’ari) ini memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat bangsa ini kini.

Contohlah teladan beliau yang tetap bisa menjunjung tinggi nilai persaudaraan dengan KH Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah), meskipun keduanya saling berbeda pandangan keagamaan dan beda pandangan terhadap hal lainnya. Bahkan beliau menjadi tokoh yang disegani di antara ulama-ulama pada masa itu, namun hal tersebut tidak menjadikan beliau sombong. Bahkan beliau begitu tawadhu kepada gurunya.

Saat cincin istri gurunya tercebur ke dalam selokan, tanpa ragu beliau terjun untuk mencarinya. Itu menunjukkan bahwa meskipun ilmunya sangat tinggi, namun beliau tetap menghormati seorang guru yang telah memberikan ilmu kepadanya.

Komitmen beliau dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini juga patut dijadikan teladan dan contoh. Beliau adalah seorang kiai yang cerdas dan pandai menyusun strategi.

KH. Hasyim Asy’ari adalah kiai yang teladan dan perjuangannya patut kita jadikan contoh di masa kini. Namun pertanyaannya adalah seberapa banyakkah generasi muda yang mengenal sosok beliau? Dan kalaupun ada yang mengenal beliau, berapa banyakkah dari mereka yang mengenal itu menjadikan beliau sebagai idola?

Hari ini tentu kita merindukan sosok beliau, agar teladan beliau bisa kita contoh untuk membangun kembali bangsa ini, seperti yang pernah beliau dan pendiri bangsa lainnya lakukan dulu hingga nama dan perjuangannya tertulis abadi dalam sejarah. Namun seberapa besar kita bisa meneladani dan belajar dari Sang kiai ini, ataukah kita memang ditakdirkan sebagai generasi muda yang gagal mengambil pelajaran dari sejarah?

Judul: Penakluk Badai; Novel Biografi Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari Pendiri Nahdlatul Ulama

Penulis: Aguk Irawan MN
Penerbit: Republika Penerbit
Terbit: 2018
Tebal: 556 hlm
ISBN: 978-602-5734-17-5

Mas Faruq

Sultan Farouq