Terletak di timur Kab. Rembang, kecamatan ini dulunya merupakan pusat peradaban tua di Jawa Tengah. Diambil dari nama adik Hayam Wuruk, Bra Lasem, daerah ini dikenal. Peradaban tersebut mulai terbangun seiring dengan kejayaan pelabuhan Lasem yg menjadi titik perjuangan Gajah Mada dalam menyatukan Nusantara.
Jejak langkah penulis terus berlanjut sembari mencari seduhan kopi hitam di Kota Tua milik Kab. Rembang ini. Ditemani temaram lampu jalan, disamping Masjid Besar Ki Sambu, penulis mengamati ribuan orang yang masih berlalu lalang di area Pasar Lasem. Sayup terdengar lantunan ayat Al Quran yg berasal dari masjid dan puluhan pondok pesantren di wilayah ini.
Dalam balutan suasana kota tua, Lasem juga diselimuti udara pesantren yang kental. Ribuan santri menjejakkan kakinya guna menuntut ilmu di wilayah ini. Mereka masih muda, terbilang lebih muda dari sang penulis. Setetes air turun dari mata penulis melihat langkah kaki ribuan santri.
63 tahun yg lalu, IPNU hadir didalam keluarga besar NU. Dimotori santri, IPNU lahir sebagai organisasi yg mewadahi semangat para santri untuk mengembangkan Aswaja dan Islam.
Dalam kenangan itu, penulis merasakan kembali semangat para Pendiri IPNU dalam alunan merdu lantunan Al Quran, dan derap langkah santri Kota Tua Lasem. Hingga tanpa terasa, air yg menetes dari mata penulis, turun makin deras.
Santri, langkah kaki mereka pasti tanpa keraguan. Berusaha meretas kebodohan, kejumudan, dengan belajar, mengaji, dan tidak mengeluh. Inilah semangat yg ingin disalurkan pendiri IPNU, selayaknya santri, pelajar NU harus belajar, berjuang bertaqwa untuk kemajuan dan kejayaan NU serta Islam.
Tak terasa, IPNU, 63 tahun sudah usiamu.
Say hello