Salah satu fenomena sosial yang terjadi belakangan ini sangat sering kita jumpai adalah menjadikan media sosial sebagai sarana untuk flexing. Tentu, flexing punya beragam alasan salah satunya sebagai kegiatan menunjukkan atau memamerkan suatu kepemilikan ataupun pencapaian tertentu dengan cara-cara yang menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang lain dan bahkan sangat mengusiknya. Tanpa disadari perilaku tengah menjangkit beberapa remaja-remaja saat ini.
Yuk kita ulas apa sebenarnya Flexing itu ?
Flexing merupakan perilaku seseorang dalam memamerkan kekayaan, termasuk pamer yang berlebih-lebihan akan pencapaian dalam bidang apapun. Fenomena flexing sangat merebak dan banyak dijumpai di media sosial dan juga menjadi genre bagi kalangan remaja tersendiri dan belakangan ini sangat populer.
Secara umum tentu banyak beragam tujuan seseorang melakukan flexing bisa bermacam-macam yaitu untuk kepentingan endorsement misalnya, untuk menunjukkan kredibilitas atas suatu kemampuan, dan mendapatkan pasangan yang kaya.
Istilah flexing ini pertama kali digunakan pada tahun 1899 oleh Thorstein Veblen di bukunya yang berjudul The Theory of the Leisure Class: An Economic Study in the Evolution of Institutions. Salah satu hal yang paling kerap ditemui adalah seseorang yang flexing dengan barang-barang mewah yang digunakannya. Sayangnya, beberapa dari mereka mungkin tidak benar-benar menyukainya, hanya saja ingin mendapat pengakuan oleh orang lain saja.
Apakah ada kolerasi flexing dengan ayat Al-Qur’an ? Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ ١٨
Artinya “Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)
Menurut Mufasir KH. Quraish Shihab, ayat ini merupakan nasihat Lukman al-Hakim kepada anaknya agar berakhlak dan memiliki sopan santun ketika berinteraksi dengan sesama manusia. Beliau menasihati anaknya dengan berkata: “Dan wahai anakku, janganlah engkau berkeras memalingkan pipimu yakni mukamu dari manusia—siapa pun dia—karena didorong oleh penghinaan dan kesombongan”
Selanjutnya ia juga berujar, “Hadapilah setiap orang dengan wajah berseri penuh rendah hati. Dan bila engkau melangkah, janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh, tetapi berjalanlah dengan lemah lembut penuh wibawa. Sesungguhnya Allah tidak menyukai yakni tidak melimpahkan anugerah kasih sayang-Nya kepada orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (dikutip dari Tafsir Al-Misbah [11]: 139).
Flexing sebagai Salah Satu Tanda Kurangnya Percaya Diri Seseorang
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa ketika seseorang merasa kurang percaya diri, mereka cenderung akan membeli aneka barang-barang mewah. Hal ini selaras dengan bagaimana anak-anak remaja dengan harga diri yang lebih rendah akan mengandalkan merek barang yang mereka gunakan lebih bagus dari anak-anak remaja dengan rasa percaya diri yang tinggi.
Lalu sebaiknya bagaimana, Agar dampak buruknya tidak terjadi ?
Sangat berdampak pada kehilangan jati dirinya. Hal yang paling dirugikan jika kita terlalu sering melakukam flexing di media sosial justru berdampak buruk bagi diri kita sendiri, bukan orang lain. Flexing di media sosial biasanya dilakukan agar kita mendapatkan pengakuan dari orang lain, sehingga apapun yang kita lakukan patokannya pasti adalah bagaimana pendapat dan penilaian dari orang lain bukan dari diri kita sendiri. Nah, hal inilah yang dapat menjadi cikal bakal kita kehilangan jati diri.
Selain kehilangan jadi dirinya hal tersebut, flexing juga dapat menyerang kesehatan mental kita, loh. Oleh karena itu, mulai dari sekarang kita harus bisa belajar mengontrol diri (self control) ketika akan mengunggah sesuatu di media sosial jangan hanya mengikuti trend-trend yang sedang marak saja, akan tetapi pikirkan matang-matang sebelum mengunggah konten di medsos kita. Dan bijaklah dalam bermedsos dan tentunya, Saring Sebelum Sharing.(AHF)
Wallahu A’lam Bish Showwab
Oleh : A’isy Hanif Firdaus