Pendahuluan
Pemuda dan negara pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan. Seperti seekor burung. untuk dapat terbang tinggi, seekor burung (negara) harus memiliki sayap (pemuda) yang kuat. Itulah analogi yang bisa diterapkan dalam keterkaitan antara pemuda dan negara. Kalau menelisik lebih jauh ke masa lalu, peran pemuda tidak pernah lepas dari berbagai peristiwa penting di tanah air Indonesia. Sedari peradaban peradaban bangsa, pemuda telah menjadi pelopor utama dalam berbagai gerakan kebangsaan. sebuah organisasi pemuda pertama kali yang lahir tanggal 20 Mei 1908 sebagai gerakan kebangkitan untuk kemerdekaan Indonesia, yaitu Budi Utomo. Organisasi yang digagas oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo dan didirikan bersama Dr. Soetomo serta para mahasiswa STOVIA kala itu. Organisasi tersebut bersifat ekonomi, sosial, dan budaya,
Selanjutnya, Sejarah di gedung Indonesische Clubgebouw sebagai salah satu saksi terselenggaranya Kongres Pemuda II pada tanggal 28 Oktober 1928. Siapa lagi pioner tergelarnya acara tersebut kalau bukan para pemuda yang tergabung dalam berbagai organisasi di seluruh wilayah Indonesia. Hasil dari kongres yang berlangsung tiga sesi itu menghasilkan sebuah ikrar yang diberi nama Sumpah Pemuda. Tiga bunyi dalam Sumpah Pemuda api semangat para pemuda yang membara untuk segera terbebas dari kurungan kurungan bangsa asing.
Selain itu, peristiwa gegab gempita proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia juga tidak lepas dari peran pemuda. Bahkan kejadian yang kurang begitu baik ketika terjadi golongan muda yang dipelopori oleh Sukarni, Wikana, Aidit, dan Chaerul Saleh menculik Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta. Sehari kemerdekaan sebelum berkumandang, mereka membawa pergi kedua tokoh penting tersebut ke sebuah tempat di Karawang, Lebih tepatnya di Rengasdengklok. Sehingga kejadian tersebut diberi julukan peristiwa Rengasdengklok. Karena dari hal tersebut, tidak lain karena golongan muda ingin mendesak golongan tua agar segera memproklamasikan kemerdekaan dalam keadaan status negara Indonesia saat terjadi kekuasaan. Hingga akhirnya Indonesia dapat merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Kembali lagi pemuda tidak pernah lepas dalam perjalanan Indonesia.
Seiring berputarnya waktu dan kemajuan negara Indonesia yang semakin membaik dari periode ke periode selanjutnya. Pemuda tidak pernah absen dari kontribusinya. Setiap ada permasalahan apapun yang terjadi di pemerintahan Indonesia, para pemuda menjadi garda terdepan mewakili suara rakyat. Sebagai contohnya, tahun 1998 saat pecah gejolak demonstrasi di seluruh wilayah Indonesia menuntut presiden Soeharto untuk turun dari jabatannya. Mayoritas para pemuda yang notabene adalah mahasiswa, sama-sama turun ke jalan dengan beberapa golongan masyarakat lainnya menyuarakan hak-hak mereka. Meskipun banyak pemuda menjadi korban dari peristiwa tersebut. Tetapi tujuan mereka tercapai dengan lengsernya presiden Soeharto dan runtuhnya rezim orde baru serta melahirkan masa reformasi sampai sekarang.
Bercerita kiprah perjuangan para pemuda, sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia juga tidak luput dari peranannya. Rintisan dari K.H. Hasyim Asy’ari, Nahdlatul Ulama turut menyumbangkan kader-kader pemuda yang terkumpul di beberapa badan otonom. Mulai dari tingkatan pelajar, Nahdlatul Ulama sudah mempunyai Ikatan Pelajar Putra Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU). Sebelum terbentukanya IPNU-IPPNU, Nahdlatul Ulama mempunyai banyak organisasi pelajar dengan berbagai nama dan bersifat kedaerahan. Sehingga tidak mengenal antara satu sama lain, meskipun pada tujuannya menyebarkan hal yang sama terkait ajaran ahlusunah wal jamaah.
Sepak terjang sepasang merpati NU ini dimulai dari Kota Semarang pada tanggal 24 Februari 1954 dalam Muktamar Ma’arif. Usulan pembentukan IPNU dilatar belakangi oleh penggabungan berbagai organisasi pelajar daerah NU agar bisa terpusat dan seragam. Akhirnya dipilihlah M. Tolchah Mansur sebagai ketua IPNU pertama. Selang setahun dari lahirnya IPNU, tepatnya pada Kongres I IPNU tanggal 3 Maret 1955 berdirilah IPPNU yang diketuai oleh Ny. Umroh Mansyur. Perjalanan dari masa ke masa dalam setiap kongres IPNU-IPPNU yang terselenggara menghasilkan keputusan-keputusan terkait kepemudaan, khususnya pelajar. IPNU-IPPNU bergerak dalam pengembangan intelektual para pelajar Nahdlatul Ulama. Sebab idealnya, organisasi ini menyasar pemuda usia 17-27 tahun. Selain itu, IPNU-IPPNU diharapkan dapat menjadi ujung tombak pengenalan ajaran ahlusunah wal jamaah Nahdlatul Ulama sejak dini.
Kemudian, IPNU-IPPNU juga mempunyai kakak dalam tingkatan badan otonom Nahdlatul Ulama. GP Ansor merupakan organisasi kepemudaan yang memiliki rentan anggota idealnya berusia 27-40 tahun. GP Ansor diperuntukkan bagi para pemuda Nahdlatul Ulama. Lahir dari rahim Nahdlatul Ulama ketika Muktamar kesembilan di Banyuwangi pada tanggal 21-26 April 1934. Pada saat itu, namanya masih Anshor Nahdlatul Ulama (ANU). Selama revolusi aktivitas ANU tidak berjalan semulus yang diharapkan. Lalu seseorang bernama Muhammad Husaini mempunyai ide untuk menghidupkan kembali denyut ANU dalam arus Nahdlatul Ulama. Di sebuah pertemuan, para pemuda ANU memutuskan untuk mengganti namanya menjadi Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor).
Selain itu, pasangan dari GP Ansor yang berdampingan dalam melakukan gerakan kepemudaan yaitu Fatayat Nahdlatul Ulama. Fatayat menjadi wadah untuk para pemudi (wanita) Nahdlatul Ulama. Didirikan di Surabaya tanggal 24 April 1950, Fatayat resmi menjadi badan otonom Nahdlatul Ulama. Kalau dijabarkan secara general, dinamika dan pergulatan perempuan Nahdlatul Ulama ini dibagi dalam dua tahapan, yaitu perintisan dan pengembangan. Pada periode perintisan, Fatayat mulai merekrut anggota mulai dari kerabat dekat sampai berjalannya waktu bisa merangkul perempuan NU dari berbagai golongan. Saat itu pula Fatayat mempunyai program kerja seperti mendirikan Taman Kanak-Kanak (TK) dan sekolah guru dengan motif untuk memberantas buta huruf. Selain itu, dalam bidang ekonomi, Fatayat melakukan pelatihan seperti menjahit, menyulam, membuat kue, dan sebagainya. Bahkan ketika revolusi penjajahan, mereka diajarkan cara menembak, menggunakan granat, dan lainnya.
Kedua, masa pengembangan dan konsolidasi organisasi. Tahap ini telah menghantarkan Fatayat dalam penyebarannya yang hampir merata di seluruh wilayah Indonesia. Berbekal program kerja yang sudah ada dari awal, Fatayat juga menginovasinya kembali seiring dengan kebutuhan setiap daerah. Ketika pemerintahan Soekarno, perkembangan Fatayat semakin pesat karena dipengaruhi iklim positif dari pemerintah yang mendukung gerakan tersebut. Seseorang yang tergabung dalam Fatayat menduduki beberapa posisi penting dalam pemerintahan baik berskala regional sampai pusat. Kualitas intelektual perempuan NU saat itu juga mumpuni untuk bersaing di kancah politik.
Tetapi, masuk rezim Soeharto, gerakan Fatayat menjadi lambat, bahkan beberapa ada yang mati kutu. Hal tersebut diakibatkan karena pemerintah orde baru menerapkan sistem kontrol ketat kepada Nahdlatul Ulama. Sehingga seluruh badan otonom yang ada tidak dapat beraktivitas secara leluasa. Dikutip dari website fatayatnu.or.id, Asmah Syahruni berpendapat bahwa suasana NU di era orde baru diselimuti rasa ketakutan dalam benak anggotanya. Karena dalam beberapa kasus, sejumlah pegawai negeri yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama tidak berani mengatakan jati dirinya sebagai anggota Nahdlatul Ulama. Sebab ancaman pemecatan sampai intimidasi bisa saja terjadi. Berada dalam masa yang sulit tidak mematahkan semangat Fatayat. Lambat laun semua situasi gelap menemukan titik terangnya masing-masing. Fatayat mulai bisa aktif kembali dan bekerja sama dengan berbagai lembaga pemerintahan, masyarakat, bahkan hubungan internasional.
Terciptanya berbagai gerakan pemuda di atas tidak lain hanya dengan satu tujuan untuk menjadi bermanfaat bagi negaranya di berbagai keadaan dan situasi yang terjadi pada zamannya. Begitu juga dengan kehadiran badan otonom kepemudaan Nahdlatul Ulama dari paling dini IPNU-IPPNU sampai GP Ansor-Fatayat, sebagai pelopor kemajuan negara Indonesia. Melihat hal tersebut, seharusnya di situasi negeri yang sedang dilanda musibah akibat pandemi covid-19 ini, pemuda harus bisa memberikan terobosan dalam pemecahan berbagai permasalahan yang terjadi.
Sejak pandemi covid-19 berlangsung di awal Maret 2020 dan menjadi status bahaya di pertengahan April 2020, mengakibatkan Indonesia menerapkan sistem pembatasan wilayah berskala besar (PSBB). Peraturan tersebut berdampak pada penurunan ekonomi karena arus perdagangan yang terhambat dengan ditutupnya sejumlah jalur vital. Beberapa bulan diterapkan hasilnya bukan membaik, justru sebaliknya. Kasus lonjakan penularan virus covid-19 semakin parah. Mulai menembus seribu kasus, bertambah kian masif ke seratus ribu bahkan sampai tulisan ini dibuat, melansir data Satgas Penangan Covid-19 telah mencapai satu juta dua ratus lima puluh terkonfirmasi positif di seluruh wilayah Indonesia. Jumlah yang fantastis tetapi juga miris.
Keadaan yang kian memburuk tersebut memaksa pemerintah menerapkan kebiasaan baru. Seluruh sektor harus menerapkan protokol kesehatan demi menekan laju penularan virus. Meskipun demikian, perekonomian Indonesia belum pulih juga dari keterpurukannya. Saat pandemi berlangsung sektor ekonomi dan pariwisata terpukul hebat tanpa ampun. Dari ekonomi, para pelaku usaha menengah dan kecil mikro (UMKM) hanya bisa menggaruk kepala, karena pendapatan mereka turun drastis. Menyorot dari Tempo Co, Direktur dan Kepala Pengembangan UMKM dan Pelindung Konsumen Bank Indonesia, Budi Hartono berpendapat ada 72 persen pelaku UMKM terdampak, baik secara penjualan dan penyaluran modal. Kalau diperinci, ada tiga sektor yang paling malang nasibnya, yaitu pertanian (153 pelaku), barang kerajinan wisata (429 pelaku), dan ekspor (83 pelaku). Bahkan beberapa ada yang gulung tikar.
Selain UMKM, sektor pariwisata juga merasakan dampak dari pandemi covid-19. Terlihat penurunan jumlah wisatawan yang datang ke destinasi wisata favorit menjadi salah satu indikatornya. Menurut BPS, terhitung Maret 2020 penurunan kunjungan wisatawan tercatat sebesar 64,11 persen dibandingkan Maret 2019. Angka yang cukup miris, melihat potensi pariwisata menjadi salah satu penyumbang pendapatan terbesar negara. Dilansir dari Tempo.Co, Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani, menyatakan kehilangan pendapat sebesar 30 triliun dari bisnis perhotelan dan restoran di pasar domestik. PSBB memaksa tempat wisata di berbagai daerah harus tutup untuk sementara waktu sampai penularan covid-19 mereda.
Jatuhnya pendapatan usaha di sektor UMKM dan pariwisata mengakibatkan efek domino kepada para pekerja. Selama kurun waktu hampir satu tahun pandemi berlangsung, sekitar 14,28 juta orang terkena penurunan jam kerja dan PHK. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa produk domestik bruto di kuartal III per 2020 mengalami kontraksi 3,49 persen/year on year. Otomatis Indonesia terjun ke dalam jurang resesi, karena sebelumnya juga pada pencatatan kuartal II minus 5,32 persen. Bersumber dari data tersebut dapat dirasakan akibat yang timbul dari turbulensi ekonomi kala pandemi.
Meskipun di pembukaan tahun 2021, bulan Februari mulai beredar ke ranah publik terkait vaksinasi covid-19. Penyuntikan vaksin tersebut terbagi dalam beberapa gelombang prioritas. Pertama tenaga kesehatan dan pejabat penting pemerintah. Lalu seseorang yang beraktivitas di tempat umum, dan rencananya akan berlangsung ke semua warga Indonesia secara bertahap. Kehadiran vaksin tersebut diharapkan mampu memulihkan kembali perekonomian Indonesia didukung dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat dan pembatasan mobilitas antar daerah. Melihat permasalahan tersebut, bagaimana peran pemuda, khususnya pemuda NU dalam mengatasi permasalahan yang terjadi di Indonesia saat ini?
Inti/Pembahasan
Menyikapi permasalahan ekonomi yang terjadi ketika pandemi masih berlangsung. Pemuda Nahdlatul Ulama dalam berbagai tingkatan badan otonomnya harus bertransformasi seiring perubahan era normal baru. Kesigapan pemuda dalam bertindak akan membawa dampak positif bagi keberlangsungan ekonomi Indonesia. Pemuda Nahdlatul Ulama yang terbagi dalam IPNU-IPPNU dan GP Ansor-Fatayat segera mungkin membuat arah baru dalam keberlangsungan peningkatan perekonomian nasional. Semula yang hanya bertumpu pada pengembangan intelektual, kini juga harus ikut andil dalam memberdayakan ekonomi kreatif. Terutama lebih intensif menyorot pada sektor UMKM dan pariwisata, sebab keduanya sangat terbebani dalam situasi pandemi.
Sektor UMKM terbilang besar dalam sumbangsihnya bagi pendapatan domestik bruto. Mengutip dari depkop.go.id, Teten Masduki menjelaskan berdasar pada data APEC 2018, 97 persen jumlah UMKM sekitar 64 juta unit berkontribusi dalam keseluruhan usaha dan 50 persen pada tenaga kerja. Lalu 60 persen menyumbang pendapatan domestik bruto nasional. Faktanya, data tersebut berputar 180 derajat ketika pandemi covid-19 melanda dunia. Melemahnya pasar nasional maupun internasional berdampak pula terhadap penurunan pendapatan UMKM. Hal tersebut dapat dipicu oleh beberapa faktor. Menurut Alfindra Primaldhi, Peneliti Lembaga Demografi FEB UI, berpendapat pertama, kesulitan yang dihadapi saat proses produksi. Naiknya harga bahan baku, ketersediaan bahan baku, dan kinerja karyawan yang menurun menjadi kendala produktivitas UMKM terganggu. Alfindra juga mengungkapkan data persentase faktor produksi sebagai berikut,
Gambar 1 Persentase Faktor Produksi
Kedua, kesulitan penjualan produk dikeluhkan oleh para UMKM. Masalah tersebut bersumber dari peraturan PSBB yang tidak berujung, pembatasan jam operasional, jumlah pelanggan menurun dan tidak bisa melayani pelanggan tatap muka di tempat. Saat kondisi pandemi seperti ini, rantai pasokan UMKM terganggu sehingga supply dan demand dari roda perekonomian UMKM menurun. Tetapi percaya atau tidak, dalam goncangan tersebut, potensi usaha yang masih kuat bertahan dan bangkit ialah UMKM.
Selain itu sektor pariwisata berkontribusi positif dalam prospek ekonomi mendatang. Pada tataran makro, pariwisata mampu menyumbang devisa sebesar 16,426 miliar US$ pada tahun 2018 (BPS, 2020). Menurut Riyanto, dkk, (2019: 8) menjelaskan bahwa pariwisata selain mampu meningkatkan pendapatan kelompok masyarakat bawah sampai atas, pengentasan kemiskinan pun dapat terselesaikan juga. Dari hasil penelitiannya tersebut, pariwisata bisa menjadi solusi untuk menurunkan kesenjangan pendapatan di berbagai daerah.
Gambar 2: Alur Peran Pariwisata dalam Ekonomi
sumber: LPEM FEB UI
Sakai juga berpendapat dalam Anggita (2019: 1), pengembangan pariwisata bisa merangsang investasi di bidang infrastruktur. Pembangunan hotel, restoran, dan tempat hiburan menjadi fokus utama dalam investasi tersebut. Lalu sektor pariwisata mampu meningkatkan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan serta berpotensi mengakumulasi modal manusia.
Namun, sayang beribu sayang kemajuan sektor pariwisata harus terjegal di tahun 2020. Maraknya persebaran virus covid-19 di dunia mengakibatkan lockdown di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Akses masuk wisatawan asing di tutup dan pariwisata vakum beroperasi untuk waktu yang lama. Alhasil dengan keadaan tersebut membuat pariwisata harus memutar otak mencari cara agar bisnisnya tidak bangkrut. Kemudian, aturan pemerintah yang menggaungkan gerakan #dirumahsaja berakibat buruk bagi pundi-pundi pendapatan di sektor pariwisata. Hal tersebut dirasakan dengan penurunan pengunjung domestik ketika pandemi. Ditambah PSBB yang berkepanjangan membuat lengkap riwayat kritis kehidupan sektor pariwisata.
Dari beberapa prospek keuntungan UMKM dan pariwisata atau faktor-faktor yang mengakibatkan penurunan pendapatan dua sektor tersebut. Di era normal baru ini, kebutuhan inovasi yang lebih bisa beradaptasi dengan kondisi sangat diperlukan oleh pelaku di sektor UMKM dan pariwisata. Perlu diketahui juga, mulai pengujung tahun 2020 saja, perekonomian Indonesia mengganti baju lamanya dengan baju baru, ditambah hiasan yang menarik minat konsumen. Hadirnya vaksin pun turut menjadi pemantik pelaku UMKM dan pariwisata untuk berlomba-lomba menciptakan sesuatu yang baru dalam produktivitasnya. Sebagai contoh, layanan belanja online dibanjiri pendaftaran pelaku UMKM yang alih lapak ke dunia maya. Lalu pembukaan wisata di beberapa daerah yang terkonfirmasi aman dengan menerapkan batasan pengunjung dan protokol kesehatan.
Pemuda Nahdlatul Ulama (IPNU-IPPNU dan GP Ansor-Fatayat) bisa melakukan terobosan yang berperan membantu sektor-sektor yang terdampak pandemi covid-19. Adapun beberapa cara yang bisa dilakukan para pemuda Nahdlatul Ulama di setiap daerahnya masing-masing sebagai berikut, pertama, penetapan program kerja yang bertujuan memberdayakan ekonomi kreatif dan pengembangan pariwisata di tubuh IPNU-IPPNU dan GP Ansor-Fatayat. Mulai dari tingkat ranting sampai pusat harus mengimplementasikan program tersebut, entah dalam jangka waktu pendek, menengah, atau pun panjang. Kebiasaan melakukan aktivitas ekonomi akan membentuk jiwa ekonom yang kuat. Fungsi dari program kerja tersebut agar para pemuda Nahdlatul Ulama terbiasa dan terampil dalam melakukan kegiatan ekonomi kreatif dan pengembangan pariwisata. Contohnya seperti sebulan sekali melakukan pelatihan (Membuat produk makanan atau minuman) sekaligus dipasarkan sehingga mempunyai nilai jual. Baik IPNU-IPPNU maupun GP Ansor-Fatayat, kegiatan rutinan semacam itu akan berdampak positif bagi perekonomian anggotanya. Bahkan bisa pula melibatkan orang lain untuk belajar atau bekerja sama dalam program tersebut agar kemanfaatannya lebih meluas.
Kedua, kebanyakan pemuda Nahdlatul Ulama hanya menjadi konsumen saja, sekarang jika dibalik dengan pemikiran pemuda harus diajarkan berwirausaha menjadi pengusaha di kala pandemi. Di mulai dari menginovasi produk yang sudah ada, para pemuda terutama yang tergabung dalam GP Ansor-Fatayat bisa latihan berwirausaha. Setelah berkecimpung di lingkup program kerja, para pemuda Nahdlatul Ulama bisa memberanikan diri keluar dari zona nyamannya. Membuat perusahaan start-up UMKM di tengah pandemi akan sangat bagus untuk memulihkan ekonomi sekitar. Tetapi, biasanya masalah permodalan menjadi kendala jika seseorang ingin berwirausaha. Ada solusi yang bisa ditawarkan dari keadaan tersebut, khususnya untuk pemuda Nahdlatul Ulama. Organisasi bisa memberikan pinjaman modal kepada anggota jika kas yang ada cukup untuk memenuhinya. Tetapi kalau tidak ada, badan otonom lain yang bergerak di bidang pengembangan ekonomi harus mampu menyuplai pinjaman modal tersebut.
Nahdlatul Ulama mempunyai LPNU yang melaksanakan kebijakan pengembangan ekonomi bagi masyarakat. Organisasi ini menaungi pendirian koperasi Nahdlatul Ulama dan kebijakan kemitraan Nahdliyin (anggota Nahdlatul Ulama). Adanya kegiatan koperasi di bawah LPNU bisa bekerja sama dengan para pemuda NU yang ingin mendirikan usaha. Selain itu, penggunaan logo Nahdlatul Ulama juga bisa diterapkan dalam produk yang ingin dibuat. Sehingga meningkatkan branding produk di mata konsumen. Bayangkan saja jika setiap ranting dari empat badan otonom kepemudaan Nahdlatul Ulama (IPNU-IPPNU dan GP Ansor-Fatayat) mempunyai produk usahanya masing-masing atau bekerja sama dengan UMKM lokal sesuai pangsa pasar yang dituju. Pasti, akan mampu menunjang perekonomian Indonesia dan membantu para UMKM lokal dengan kerja sama yang ditawarkan. Beberapa produk yang sudah terlihat hasil buah karya para pemuda Nahdlatul Ulama dapat disaksikan seperti, kopi Kang Santri, Kajenesia dan AISNU (Penyedia Fashion Muslim Merchandise), batik Kanjengan, Peci NU, dan masih banyak lagi.
Ketiga, pemuda Nahdlatul Ulama harus mampu memanfaatkan kemajuan informasi dan teknologi. IT menjadi kunci utama produktivitas perekonomian di era normal baru sekarang ini. Jaringan internet dapat dijadikan alat serbaguna untuk mendongkrak produk UMKM maupun pariwisata agar semakin tinggi tingkat permintaan dan penawarannya. Pemuda Nahdlatul Ulama bisa menciptakan platform belanja online untuk menampung produk-produk UMKM sekitar daerahnya. Seperti yang dilakukan IPNU Kajen bekerja sama dengan Forum Komunikasi Pengasuh Pondok Pesantren Kajen, menciptakan ES-GO sebagai wadah para pedagang sekitar Desa Kajen untuk menjajakan dagangannya melalui daring. Sistemnya hampir sama dengan Go-Food. Sampai tulisan ini dibuat, sudah ada dua cabang ES-GO di dua kecamatan berbeda. Selain itu, para pemuda Nahdlatul Ulama bisa menjadi digital marketer produk-produk UMKM atau destinasi pariwisata yang ada di daerahnya. Meskipun dibilang hanya menjadi digital marketer, peluang tersebut mempunyai prospek penghasilan yang tinggi. Apalagi jika seseorang sudah ada darah pebisnis, tidak mustahil bisa melakukannya dengan mudah.
Penggunaan IT bagi pelaku UMKM sangat diperlukan baik untuk produksi maupun distribusi. Pada segi produksi, penggunaan teknologi sekarang akan meningkatkan kecepatan pembuatan produk. Misalnya penggunaan mixer untuk mengaduk adonan kue, bisa dijadikan contoh pemanfaatan teknologi untuk mengefektifitaskan kinerja produksi. Dalam segi distribusi sendiri, pelaku UMKM dapat memanfaatkan sosial media sebagai ujung nyawa pemasaran produk dan bekerja sama dengan platform online penyedia layanan belanja. Sebab sekarang ini, banyak orang cenderung memilih belanja online daripada harus keluar rumah. Banyak Waktu kosong di saat pandemi, ditambah kebijakan WFH memungkinkan seseorang banyak bermain sosial media.
Satu sisi lainnya berkaitan pemanfaatan teknologi bagi UMKM adalah penggunaan teknologi finansial dalam aktivitas penjualannya. Zaman sekarang kaum milenial sudah mulai beralih ke dompet digital, alias jarang membawa uang tunai. Menurut Ernama Santi (2017) bahwa di Indonesia, industri teknologi finansial sangat berkembang pesat, sebab menjadi salah satu metode layanan jasa keuangan yang mudah dan cepat. Sebagai contohnya yaitu pembayaran digital. Adanya peluang emas seperti ini, seharusnya pemerintah berkolaborasi dengan masyarakat sama-sama mendorong peningkatan layanan akses keuangan. Tidak hanya pembayaran keuangan saja, Fintech memiliki banyak fitur seperti investasi, pembanding produk keuangan, peminjaman uang, transfer, dan perencanaan keuangan. Jika dihitung menurut data yang sudah teridentifikasi, ada sekitar 142 perusahaan yang berdiri di bidang Fintech di Indonesia. Keterlibatan para pemuda Nahdlatul Ulama untuk mensosialisasikan melek Fintech (Financial Technology) kepada UMKM di daerahnya akan mendorong kemudahan dalam meningkatkan penjualan dan promosi menarik dari produk yang dihasilkan.
Keempat, keberadaan brand ambassador di bidang pariwisata menjadi penyulut para pengunjung untuk datang ke tempat tersebut. Di sanalah kontribusi para pemuda Nahdlatul Ulama mengatasi keterpurukan sektor pariwisata di tengah pandemi. Perawakan yang menarik dan beberapa slogan promosi energik akan bisa memancing pengunjung datang. Pemanfaatan media sosial IPNU-IPPNU atau pun GP Ansor-Fatayat sebagai promotor untuk mempromosikan pariwisata di daerahnya masing-masing bahwa sudah menerapkan protokol kesehatan di era normal baru. Selain itu, para pemuda Nahdlatul Ulama dapat menjadi seorang influencer atau konten kreator pariwisata di daerahnya bahkan nasional. Keterbukaan informasi sangat diperlukan sebagai referensi pengunjung yang ingin datang ke suatu destinasi wisata. Hal itulah yang harus ditunjukkan oleh para pemuda Nahdlatul Ulama dengan cara mengeksplorasi informasi terkait sebuah wisata di daerahnya yang aman dan sesuai protokol kesehatan. Meskipun terlihat sepele, tetapi dampaknya mampu menerbangkan angka kunjungan wisata yang sempat terjun bebas.
Kelima, di titik wilayah yang masih masuk zona merah dan di sana terdapat potensi pariwisata yang berpenghasilan besar, para pemuda Nahdlatul Ulama bisa memanfaatkan layanan live streaming. Tayangan langsung di objek wisata tersebut dengan pemandunya sendiri dari para pemuda Nahdlatul Ulama bekerja sama dengan pengembang pariwisata setempat. Meskipun ide tersebut sudah banyak diterapkan di beberapa negara, tetapi tidak salah jika dicoba untuk menarik wisatawan. Misalnya Prancis pernah menerapkan sistem seperti itu dengan menayangkan secara langsung melalui fitur aplikasi Zoom. Para penonton diajak berkeliling Prancis secara virtual dengan seorang pemandu yang menjelaskan objek apa saja yang ditayangkan. Contoh seperti itu, bisa diadopsi para pemuda Nahdlatul Ulama dengan sasaran wisatawan mancanegara.
Pemaparan di atas telah menjelaskan solusi dan alternatif cara meningkatkan pendapatan sektor UMKM dan pariwisata di kala pandemi. Melibatkan para pemuda Nahdlatul Ulama sebagai agen pendorong berjalannya roda perekonomian negara. Sebetulnya masih banyak peran serta para pemuda. Tetapi tindakan efektif dan efisien saat ini tergambar dalam lima formula yang telah dipaparkan sebelumnya. Jika dari setiap step demi step dilakukan dengan baik, secara bertahap pun ekonomi Indonesia pada sektor UMKM dan pariwisata tidak menutup kemungkinan akan kembali pulih. Kendati juga dengan beberapa dukungan program lainnya yang datang dari pemerintah.
Penutup
Benang merah yang dapat ditarik dari tulisan di atas adalah keterlibatan pemuda Nahdlatul Ulama (IPNU-IPPNU dan GP Ansor-Fatayat) akan bisa mendongkrak perekonomian Indonesia, khususnya di sektor UMKM dan pariwisata. Sebab, di masa pandemi covid-19 ini kedua sektor tersebut terpukul telak dengan keadaan. Bahkan beberapa ada yang sudah menggulung tikarnya. Meskipun di landa musibah yang belum menemukan akhir, pemuda Nahdlatul Ulama dituntut untuk bisa memberikan inovasi dalam permasalahan tersebut. Hadirnya terobosan FIFA (Five Formula) dalam memulihkan kembali ekonomi kala pandemi, diharapkan para pemuda Nahdlatul Ulama dapat mengaplikasikannya dengan baik. Mulai dari penetapan program kerja yang berfokus pada pengembangan ekonomi kreatif di badan otonom kepemudaan Nahdlatul Ulama. Kedua, pembentukan perusahaan start-up UMKM atau bekerja sama dengan usaha yang sudah ada bagi pemuda Nahdlatul Ulama. Ketiga, pemanfaatan teknologi dan informasi untuk mengembangkan UMKM dan pariwisata bisa dilakukan para pemuda Nahdlatul Ulama. Seperti menjadi digital marketer, pembuatan platform belanja online, dan sebagainya. Penggunaan financial technology pun harus bisa diedukasikan ke pelaku UMKM dan pariwisata. Keempat, para pemuda Nahdlatul Ulama dapat menjadi brand ambassador dan influencer untuk produk UMKM atau destinasi wisata daerahnya. Kelima, bagi daerah wisata yang berpotensi pendapatan besar dan masih terkonfirmasi zona merah, para pemuda Nahdlatul Ulama dapat menggunakan layanan live streaming dan menjadi tour guide online untuk wisatawan.
Demikian beberapa kontribusi baru yang dapat dilakukan para pemuda Nahdlatul Ulama. Pemuda adalah agent of change and agent of development economy. Aktor perubahan sekaligus pembangunan ekonomi suatu negara. Oleh karena itu, tangan dan otak sakti para pemuda Nahdlatul Ulama (IPNU-IPPNU dan GP Ansor-Fatayat) akan mampu menolong para pelaku UMKM dan pariwisata dari jurang kebangkrutan. Kalau bukan dari pemuda NU, siapa lagi yang akan berperan produktif saat pandemi merajalela.
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik 2018. “Jumlah Sumbangan Devisa Sektor Pariwisata Tahun 2018”, dalam Website, https://www.bps.go.id [diunduh 20 Februari 2021].
————. 2020. “Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”, dalam Website, https://www.bps.go.id [diunduh 19 Februari 2021].
————. 2020. “Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia”, dalam Website, https://www.bps.go.id [diunduh 19 Februari 2021].
Fatayat. 2020. “Sejarah Fatayat Nahdlatul Ulama”, dalam Website, https://fatayatnu.or.id/sejarah/ [diunduh 19 Februari 2021].
Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menegah Republik Indonesia. 2020. “Sektor UMKM Jadi Kunci Pemulihan Ekonomi di Tengah Pandemi”, dalam Website, https://www.depkop.go.id/read/sektor-umkm-jad-kunci-pemulihan-ekonomi-di-tengah-pandemi [diunduh 19 Februari 2021].
Kustiani, Rini dan Antara. 2020. “Tenaga Kerja dan UMKM Pariwisata Terdampak Corona dan Mitigasinya”, dalam Website, https://www.tempo.co [diunduh 19 Februari 2021].
Permata, Anggit 2019. “Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”, dalam Tesis, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga, Surabaya.
Primaldhi, Alfindra. 2020. “Inilah Sejumlah Faktor yang Menyebabkan Bisnis UMKM Merosot Selama Pandemi”, dalam Website, https://www.kompas.com [diunduh 19 Februari 2021].
Rina, Dewi dan Hendartyo. 2020. “Survei BI: 72 Persen Pelaku UMKM Terdampak Pandemi Corona”, dalam Website, https://www.tempo.co [diunduh 20 Februari 2021].
Riyanto, dkk. 2019. “Dampak Pariwisata terhadap Distribusi Pendapatan dan Penurunan Kemiskinan di Indonesia”, dalam Penelitian , Research Brief, Nomor 2, LPEM FEB UI.
Satgas Penangan Covid-19 RI. 2021. “Data Pasien Positif Covid-19 di Indonesia”, dalam Website , https://covid19.go.id/berita/analisis-data-covid-19-indonesia-update-14-februari-2021 , [diunduh 14 Februari 2021].