Teradisi, itulah hal yang paling melekat ditubuh kita orang – orang Nahdliyin. Dengan perkembangan zaman dan kecanggihan telekomunikasi disadari maupun tidak hanya kita yang mau dan sanggup mempertahankan tradisi yang sudah ada sejak dahulu. Dengan kita merawat tradisi dan budaya daerah, sama halnya kita cinta dengan Kebhinekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tetapi yang menjadi polemik dan permasalahan sejak dulu sampai sekarang, banyak warga Nahdliyin yang cinta akan tradisi tapi enggan untuk ikut melestarikan dan mempertahankan Organisasinya, yaitu Nahdlatul Ulama. Mereka bagaikan musuh dalam selimut, itu ungkapan yang pas diterapkan untuk mereka. Merekan suka bahkan fanatik dengan tradisi tetapi malu bahkan alergi ketika diajak untuk bergabung dengan organisasi yang merawat dan menjaga tradisi tersebut.
Mitoni, Tahlilan, Yasinan, Maulidan, dll, merekan berbondong – bondong untuk mengadakan dan menggelar acara tersebut. Mungkin dengan dalih mereka ikut dan menghadiri acara tersebut mereka bisa makan gratis dan pulang membawa sebungkus makanan atau yang lainnya. Tetapi apakah pas ketika mereka ditanya. “Apakah kalian NU..?” mereka dengan tegas menjawab, “Ya saya NU”. “Kemudian kenapa ketika dengan tradisinya kalian suka tetapi dengan organisasinya kalian malah alergi untuk ikut.?” Dengan enteng mereka menjawab. “Untuk apa saya ikut organisasi yang tidak ada manfaatnya bahkan kita tidak mendapat apa – apa (imbalan secara langsung)”.
Ya, kenyataan kejadiaan yang semacam itu sering kita jumpai di lingkungan masyarakat Desa maupun Kota di seluruh penjuru Nusantara. Dan yang paling mengerikan lagi, mereka dengan terang – terangan mengolok – olok bahkan menjatuhkan organisasi yang kita banggakan ini. Seperti orang jawa yang mengatakan “Dokoh maring tradisine tapi alergi maring organisasine”. Mungkin itu yang pas untuk mereka yang kadang menjadi saudara dan bisa juga menjadi musuh dalam selimut. Yang setiap saat berada di sekeliling kita sendiri.
Mari kita sebagai generasi muda Nahdliyin, perlahan kita rubah pemikiran – pemikiran kita dan orang – orang di sekitar kita yang masih sulit untuk menerima organisasi yang membesarkan tradisi kedaerahan ini. Jangan sampai Organisasi yang kita bangga – banggakan ini hancur oleh orang – orangnya sendiri yang enggan dan alergi untuk memepertahankannya. “Cinta NU harus Cinta Tradisi” dan “Cinta Tradisi juga Wajib Cinta NU”.
@Khoirul Ummam