Sudah tak dapat di pungkiri lagi bahwa IPNU merupakan jenjang paling awal pengkadern Organisai NU. Maka jika NU di ibaratkan sebuah rumah yang besar, berarti IPNU adalah pintu gerbangnya.
Secara tidak langsung, jika kita akan masuk ke rumah tersebut, terlebih dahulu kita akan melewati pintu gerbangnya dan pintu gerbang dari NU itu bernama IPNU Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama.
Bulan ini tepat di tanggal 24 Februari 2017, Ikatan Pelajar Nahdatul Ulama (IPNU) genap berusia 63 tahun. Semenjak didirkan pada 24 Februari 1954 saat Kongres Ma’arif di Semarang oleh M.Tolchah Mansyur dan kawan-kawan.
63 tahun bukan usia yang muda. Ibarat manusia, sudah banyak menikmati asam garamnya kehidupan di dunia.
Di satu sisi itu bisa menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi organisasi di tingkatan pelajar yang masih bisa bertahan, bahkan masih eksis hingga sekarang. Itu berarti bahwa keberadaan IPNU tidak bisa diremehkan begitu saja. Selama 63 tahun IPNU telah ikut serta meramaikan dunia organisasi keterpelajaran negeri ini.
Sangat tidak mudah bagi orgaisasi yang berbasis pada dunia keterpelajaran, khususnya IPNU, bisa bertahan sampai sebegitu lamanya. Di tengah-tengah kondisi zaman yang semakin hari semakin edan tidak karuan.
Namun di sisi yang lain, keberadan IPNU selama 63 tahun juga perlu dipertanyakan. Apakah IPNU sudah memberikan manfaat yang siginifikan?. Disadari atau tidak, pada setiap moment Harlah dari tahun ke tahun, yang terjadi adalah kita lebih fokus pada acara seremonial untuk menyambut hari kelahirannya. Kita seolah lupa akan tujuan kita, kita lupa merefleksikan diri kita sendiri.
Pertanyaanya:
Sudahkah kita benar-benar menjalankan tugas kita?. Sudahkah kita mencapai tujuan kita?, atau kalau boleh kita sederhanakan lagi, kita ber-IPNU untuk apa?.
(Silahkan Rekan-rekan jawab sendiri!).
Jakarta 24/2/17
Say hello