Wonosobo – Permasalahan ibadah menjadi hal yang sangat penting diketahui semua umat Islam. Sebagai kader NU, kita harus tahu dan wajib tahu syarat-syarat sahnya ibadah kita. Seperti halnya bagaimana hukumnya menjadi makmum sholat terhadap orang yang berbeda madzhab. Bolehkah kita melakukannya & apakah sah sholat kita tersebut?
Pertanyaan diatas menjadi salah satu topik bahasan dalam Pengajian Selapanan Rutin Gerakan Pemuda Ansor Ranting Jangkrikan pada Jum’at (13/10). Dalam acara yang dilaksanakan di rumah sahabat Masruhan, Dukuh Polowono Atas, RT 01/11, Dusun Polowono, Desa Jangkrikan, Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonosobo tersebut dihadiri oleh 25 orang. Pengurus harian dan anggota serta pasukan Banser GP Ansor Ranting Jangkrikan rutin melaksanakan pengajian selapanan setiap hari Jum’at Legi. Hadir dalam acara tersebut pengurus ranting NU Jangkrikan Ky. Fahrurozi & Ky. Sochiban, Kadus Polowono Ky. Istijab, dan pembina Ansor Ranting Jangkrikan Ky. Imdad Zuhry, S.Sos.I.
Dalam inti pengajian yang diisi oleh Ky. Imdad Zuhry, S.Sos.I. dengan panduan kitab Risalatul Muballighin beliau menyampaikan, “Boleh hukumnya ketika kita sholat menjadi makmum kepada orang yang berbeda madzhab selama sholatnya imam masih kita anggap sah atau sesuai dengan syarat rukun sholat”. Dicontohkan ketika kita sholat subuh bermakmum dengan orang yang berbeda madzhab, imam tersebut tidak membaca do’a qunut, ketika kita mengikuti imam tersebut (tidak membaca do’a qunut) sholat kita tetap sah. Jika dalam solat jama’ah tersebut terjadi keraguan sang makmum, makmum boleh keluar dari jama’ah dengan niat keluar dari jama’ah (sholat sendiri).
(HF)