Benarkah IPNU Ikut Andil Berdirinya PMII? Simak Historis Ini
Jul 22, 2024
ipnujateng.or.id - Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau biasa disebut PMII, merupakan Organisasi Pergerakan yang dibawah naungan Nahdlatul Ulama. Organisasi PMII ini lahir pada 17 April 1960 M atau 21 Syawal 1379 H di Surabaya dengan Ketua Umum Pertama yaitu H. Mahbub Djunaidi, Sang Pendekar Pena sebutannya. Berdirinya PMII bermula dari hasrat yang kuat untuk menbentuk sebuah wadah atau organisasi untuk mahasiswa Nahdlatul Ulama. Terlebih lagi, mahasiswa NU merasakan keresahan akibat banyaknya organisasi kemahasiswaan yang berafiliasi kepada partai politik dan ormas lainnya seperti SEMMI (dengan PSII), KMI (dengan PERTI), IMM (dengan Muhammadiyah), dan HMI (dekat dengan Masyumi), oleh karena itu para mahasiswa NU takut jika kebanyakan mahasiswa akan ikut terjerumus pada organisasi diluar Nahdlatul Ulama. Karena bermula dari keresahan tersebut, melalui organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) , mahasiswa NU mengusulkan agar segera mendirikan organisasi yang mewadahi mahasiswa NU. Usulan tersebut disampaikan ketika Muktamar II IPNU tahun 1957 M di Pekalongan, namun dari usulan tersebut tidak direspon serius karena pada saat itu IPNU masih menjadi organisasi baru yang memerlukan pembenahan dan konsolidasi yang matang. Keputusan itu tidak meruntuhkan semangat mahasiswa NU, mereka mengusulkan kembali pembentukan organisasi kemahasiswaan NU di Muktamar III IPNU pada 27-31 Desember 1958 di Cirebon, dari hasil usulan itu terbentuklah Departemen Perguruan Tinggi IPNU yang merupakan cikal bakal lahirnya organisasi PMII. Akhirnya upaya dan perjuangan mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa dibawah naungan Nahdlatul Ulama menemukan titik terang yang sebelumnya pernah diupayakan pendiriannya pada tahun 1955 seperti Ikatan Mahasiswa NU (IMANU) di Jakarta, Persatuan Mahasiswa NU (PMNU) di Bandung dan di Surakarta berdiri Keluarga Mahasiswa NU (KMNU), namun organisasi itu tidak berjalan lama karena tidak mendapatkan restu oleh PBNU karena dikhawatirkan akan menggangu berkembangnya IPNU yang baru lahir itu. Pasca terbentuknya Departemen Perguruan Tinggi IPNU, mahasiswa NU masih belum tercukupi keinginan dan aspirasinya karena ruang gerak mahasiswa sangat terbatasi, terlebih lagi arah gerak mahasiswa dan pelajar itu sangat berbeda, oleh karena itu departemen Perguruan Tinggi tidak bisa bergabung menjadi anggota Persatuan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI) sebab PPMI hanya menampung ormas mahasiswa. Perjuangan mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa dibawah naungan Nahdlatul Ulama mencapai titik puncaknya ketika IPNU menyelenggarakan Konferensi Besar (Konbes) pada 14-17 Maret 1960 di Kaliurang, Yogyakarta. Dalam Konbes itu, menghadirkan dua perwakilan mahasiswa yaitu Isma’il Makky (Ketua Departemen Perguruan Tinggi) dan Moh. Hartono, BA (Mantan wakil pemimpin usaha harian pelita Jakarta) untuk menjelaskan pentingnya organisasi mahasiswa sebagai wadah aspirasi mahasiswa Nahdlatul Ulama. Akhirnya dalam Konbes IPNU itu menghasilkan keputusan perlunya mendirikan sebuah organisasi mahasiswa NU. Setelah hasil Konbes IPNU itu disahkan, ada tokoh penting yang memberikan semangat dan kontribusi dalam pendirian PMII yaitu Ketua Umum IPNU pertama, Prof. Dr. K.H Tholchah Mansoer atau biasa kita panggil dengan mbah Tholchah. Sebelum mendirikan PMII ini, mbah Tholchah mengutus Isma’il Makky yang sebelumnya menjadi Ketua Departemen Perguruan Tinggi itu untuk memimpin pendirian organisasi mahasiswa ini bersama Mahbub Djunaidi dan Cholid Mawardi. Akhirnya terbentuklah tim kecil yang terdiri dari Isma’il Makky, Mahbub Djunaidi, Cholid Mawardi, Shobih Ubaid, Hasbullah HS, dan seorang lagi dari Banjarmasin. Dari musyawarah tim kecil ini memutuskan agar mengadakan perkumpulan besar yang dihadiri oleh 13 perwakilan dari beberapa daerah pada 14-16 April 1960 di Surabaya, antara lain yaitu Cholid Mawardi (Jakarta), Said Budairy (Jakarta), M. Sobich Ubaid (Jakarta), M Makmun Syukri BA (Bandung), Hilman (Bandung), H Ismail Makky (Yogyakarta), Munsif Nahrawi (Yogyakarta), Nuril Huda Suady HA (Surakarta), Laily Mansur (Surakarta), Abd Wahad Jailani (Semarang), Hisbullah Huda (Surabaya), M. Cholid Narbuko (Malang), Ahmad Husain (Makassar). Dalam musyawarah tersebut sempat muncul perdebatan tentang nama organisasi yang akan dibentuk. Dari proses perdebatan itu muncul beberapa nama yang diusukan oleh peserta musyawarah antara lain : Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (IMANU), diusulkan oleh delegasi dari Jakarta, Persatuan atau Perhimpunan Mahasiswa Ahlussunnah wal Jamaah atau Perhimpunan Mahasiswa Sunni yang diusulkan oleh delegasi dari Yogyakarta dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang diusulkan oleh delegasi Bandung, Surabaya dan Surakarta. Dari hasil tersebut, semua peserta sepakat bahwa tidak mencantumkan nama NU dan menyetujui bahwa nama organisasi mahasiswa tersebut bernama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Ketua Umum Pertama yaitu Mahbub Djunaidi, wakil ketua yaitu Cholid Mawardi dan M. Said Buhairy sebagai Sekretaris Umum. Kemudian PMII secara resmi dideklarasikan berdiri pada tanggal 17 April 1960 masehi atau bertepatan dengan tanggal 21 Syawal 1379 Hijriyah. Sumber: 1. Buku berjudul “Menjadi Kader PMII” 2. Buku berjudul “Profesional NU yang terlupakan” 3. “Sejarah Lahirnya PMII” https://www.nu.or.id/amp/fragmen/sejarah-lahirnya-pmii-q8TLb