Belajar Ingat Mati dari Burung Beo

Syahdan, Pak Imam Subagio seorang perwira berbintang dua yang dikenal tegas dan bijaksana, membeli seekor burung beo yang berharga mahal. Burung Beo ini sangat pintar, baru 3 hari dilatih oleh Pak Imam, beo ini sudah bisa berbicara. Setelah 4 bulan dilatih, burung beo ini selalu berkata laa ilaha illallah setiap  burung itu akan tidur dan bangun tidur. Kebiasaan ini selalu dilakukan burung beo Pak Sholeh selama setahun pada jam yang sama yaitu pukul 9 malam dan 4 pagi.

Suatu hari pada jam 9 malam kurang 15 menit, Pak Imam mendengar suara krosak-krosak. Setelah dicari sumber suaranya rupanya seekor kucing jantan berhasil membuka kandang dan menerkam burung beo pak Imam. Melihatnya, pak Imam langsung mengusir kucing itu. Burung beo itu akhirnya mati tepat pukul 9 malam.

Pak Imam sangat bersedih atas kematian burung beo kesayangannya. Setiap hari dia selalu murung. Karena kasihan, ajudannya yang selalu menemani bernama Murtopo membelikan burung beo yang jauh lebih mahal dan lebih bagus dari burung beo pak Imam sebelumnya, kebetulan ayah Murtopo adalah kolektor burung salah satunya beo. Namun bukannya senang, Pak Imam tetap murung. Melihat itu, Murtopo pun bertanya kepada atasannya. Setelah hormat militer, Murtopo bertanya.

“ Maaf Jenderal, mengapa Jenderal terus murung, bukankah burung beonya sudah saya ganti yang baru dari pemberian ayah saya?”

“ Saya sedih bukan karena kehilangan burung beo, Murtopo.”

“ Siap Jenderal, lalu?”

“ Saya sedih mengapa burung itu tidak mengucapkan laa ilaaha illallah sebelum dia mati, padahal dia mati jam 9 malam dimana dia biasanya mengucap tahlil. Saya takut ketika akan mati kelak, saya juga tidak bisa mengucap tahlil seperti burung beo itu. Meski saya selalu membaca tahlil setiap hari, saya tetap takut tidak bisa mengucapkannya saat sakaratul maut” Kata Pak Imam lirih.

Mendengar itu barulah Murtopo tahu mengapa atasan yang dihormatinya itu murung.

faridluthfi000gmailcom

faridluthfi000gmailcom

Leave a Reply