Tradisi ziaroh menjelang ramadhan simbol penghormatan terhadap leluhur
Kebumen- 26/02/2017. Dalam rangka memperingati Harlah IPNU-IPPNU ke 63 & 62. Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kebumen berziarah ke makam para Ulama dan pejuang Nahdlatul Ulama (NU) di Kebumen. Salah satunya, berziarah ke makam Syekh Anom Sida Karsa di Desa Grogolbeningsari, Kec. Petanahan, Kab. Kebumen. Selain itu, serombongan juga berziarah ke salah satu makam yang tidak setenar seperti halnya makam Syekh Anom Sida Karsa. Bukan seorang ulama. Bahkan bukan juga seseorang yang memilki garis keturunan seperti halnya kiyai. Hanya lahir dari keluarga biasa pada umumnya. Makamnya bertempat di pemakan umum desa Nagaraji, Kecamatan Buayan. Bagi rekan-rekanita IPNU/IPPNU Kebumen ziarah ke makam yang satu ini menjadi tujuan wajib.
Tepat satu tahun yang lalu, 27 Februari 2016 merupakan hari yang bersejarah bagi rekan-rekanita PAC IPNU/IPPNU Kec. Buayan. Karena bisa menyambut harlah IPNU/IPPNU ke 62 & 61 yang berlangsung selama dua hari. Kegiatan tersebut dilaksanaakan di gedung Serba Guna Kec. Buayan. Perserta yang hadir hampir 100 orang dari berbagai Pimpinan Komisariat (PK), Ranting IPNU/IPPNU se-Kecamatan Buayan dan dihadiri pula oleh perwakilan PC IPNU/IPPNU Kab. Kebumen.
Acara tersebut disambut gembira oleh seluruh peserta yang hadir. Namun, ditengah-tengah acara harlah sekitar pukul 17.30 WIB seketika berubah menjadi penuh duka. Sontak hampir semua yang hadir di gedung itu tumpah dalam tangis ketika mendengar berita bahwa rekanita Ayu Tri Prihatin mengalami kecelakaan dan meninggal di tempat. Kecelakaan terjadi di jalan Karangbolong, Desa Lemahduwur, Buayan ketika almarhumah hendak pulang ke rumah. Sebelum kepergiannya beliau sempat menitipkan pesan terakhir kepada salah satu temannya yang kebetulan juga sama-sama menjadi panitia. “Apapun yang terjadi pokoknya acara ini harus selesai, sesuai dengan apa yang sudah direncanakan” terang almarhumah. Ternyata pesan yang disampaikan beliau adalah pesan yang terakhir dalam hidupnya sekaligus pesan yang sangat membekas di hati para kadernya. Sesuai wasiatnya acara pun dilanjutkan sampai selesai.
Beliau meniggal di usia yang masih sangat muda ± 17 tahun. Semasa hidupnya sangat aktif di organisasi yang berinduk di NU maupun lainya. Misalkan, menjabat sebagai Bendahara PAC IPPNU Buayan, Sekretaris PK IPPNU SMK Ma’arif 5 Gombong, Wakil Ketua OSIS SMK Ma’arif 5 Gombong dan masuk di kepengurusan PC IPPNU Kebumen. Sayangnya, sebelum dilantik di tingkat Pimpinan Cabang IPPNU, Alloh SWT terlebih dahulu memanggilnya. Memang tidak ada satupun makhluk yang bisa menunda bahkan mengentikan kehendak walaupun satu detik saja yang sudah digariskan Alloh SWT.
Tidak berlebihan jika pelajar NU di Kebumen kemudian menyandangkan gelar kepada almarhumah Ayu sebagai “Pejuang Muda NU”, karena pengabdian dan perjuanganya patut menjadi contoh bagi kader IPNU/IPPNU pasca sepeninggalnya. Maksud IPNU/IPPNU Kebumen mengadakan ziarah ke para ulama dan pejuang NU semata-mata agar dapat menginspirasi kader-kader IPNU/IPPNU dan mengambil hikmah dari sejarah atau peristiwa yang telah terjadi, entah itu kearifan, kejujuran, kebenaran, keadilan dan sebagainya. Sehingga dengan berkesinambungannya waktu masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang, maka masa sekarang sangat ditentukan oleh keberadaan masa lalu, dan masa yang akan datang sangat ditentukan oleh keberadaan masa sekarang. Kesimpulannya, lewat sejarah kita bisa mempelajari masa yang akan datang. Jadi teringat, kata-kata Bung Karno kepada rakyat Indonesia pada setiap pidatonya, “Jangan sekali-kali melupakan sejarah” yang akhirnya dikenal istilah “JAS MERAH”. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan-pahlawannya. Begitu pun NU.
Semoga pejuang-pejuang NU mendapat tempat terbaik disisi-Nya dan diampuni segala dosa-dosanya… aamiin. (Trio Agustin)
Say hello