Analisa Diri ala Guitar Flash

Ada dua wajah berbeda di basecamp akhir-akhir ini. Para penghuninya sedang keranjingan. Pertama, Mbah Ali membawa virus game bernama guitar flash. Sebuah game yang menjadikan ha-pe touch screen bukan lagi sekedar touch-touch-an. Ada banyak sekali not yang mesti di tekan di waktu dan baris yang tepat. Kadang ha-pe yang tidak bersalah dan tidak tahu apa-apa itupun malah kudu di tonjok dengan lima jari sekaligus.  The right touch in the right place.

Kedua, anak-anak basecamp juga sedang keranjingan presentasi. Mungkin mereka mulai memahami prinsip ekonomi. Semakin tinggi permintaan maka semakin mahal harga yang harus ditebus. Semakin banyak makesta, semakin banyak kader, berarti ada banyak hal yang harus di bayar lunas. Pengetahuan pengurus harus terus ditingkatkan sampai kilometer tak terhingga. Mungkin begitu bunyi wejangan mas Faqih Alwi. Malam inipun sama, menjelang jam 1 malam belum ada tanda-tanda kantuk. Mata para ‘pengaku aktivis’ ini belum mau menyerah dengan malam. Durahman yang di plekoto di depan sedang mempresentasikan materi analisa diri. Enam pemuda yang lain memperhatikan dengan ‘khusuk’. Meski ‘kusut’.

Nah, dua fenomena basecamp inilah yang membawa alam sadar Durahman untuk mengeluarkan aji ‘otak-atik-matuk’.

“Membicarakan kehidupan itu seperti ketika kita bermain Guitar Flash.”, ujar Durahman mantap.

“Kita mulai dari you ready, kemudian ada banyak not-not yang harus ditekan dengan pas. Lalu tinggal bagaimana kita selamat hingga mendapatkan gelar You Rock!. Jika tidak selamat maka Anda akan mendapatkan gelar You Failed!“, lanjut Durahman.

You Rock inilah yang menurut Durahman adalah contoh dari akhir yang bahagia atau Khusnul Khotimah. Berbagai not itu adalah cerita kehidupan. Tugas manusia adalah membuat keputusan sesuai porsi. Tugas manusia juga adalah meletakkan sesuatu sesuai pada tempatnya. Masing-masing lagu bisa diibaratkan masing-masing kejadian yang akan di alami manusia. Tingkat kesulitan berbeda, kombinasi not berbeda dan durasinya pun berbeda.

Jika di game itu ada restart, itu karena memang di kehidupan nyatapun ada banyak kesempatan untuk memperbaiki diri. Disinilah perangkat analisa diri dibutuhkan. Jangan sampai ketika kita mengulangi lagu yang sama, maka ada kesalahan-kesalahan lagi di not yang sama. Itu namanya tidak belajar. Kita harus pandai ngoceki kelebihan dan kelemahan. Kita juga dituntut bisa membaca peluang dan ancaman.

Lebih lanjut rekan Alwi bilang bahwa dia teringat kata-kata mas Sabrang, vokalisnya Letto yang jadi LESBUMI NU itu lhooo, bahwa kehidupan manusia bisa diibaratkan game. Jika diibaratkan chip pada komputer, maka semuanya sudah di program sejak awal. Begitupun kemungkinan-kemungkinan kejadian dan takdir yang akan dialami manusia pun sudah tertulis dengan rapi. Dalam prosesnya, manusia dapat menentukan rangkaian-rangkaian kejadian yang berbeda. Seseorang yang memutuskan naik angkot di pagi hari, maka hari itu dia berkemungkinan besar bertemu dan menyapa kernet angkot. Berkemungkinan di copet, berkemungkinan kepanasan di dalam angkot, berkemungkinan terpeleset di terminal dan kemungkinan yang lain. Begitupun seseorang yang memutuskan untuk naik kereta, maka ada banyak kemungkinan-kemungkinan lain. Ia berkemungkinan kehabisan tiket kereta, berkemungkinan berdiri di gerbong karena kehabisan tempat duduk, berkemungkinan salah stasiun dan banyaaaak rangkaian kemungkinan yang lain. Tapi jangan sampai salah mengartikan. Seperti chip yang sudah selesai di program sejak awal, maka manusia pun tidak akan dapat menyentuh takdir. Seorang pemain guitar flash dapat memencet berbagai tombol yang sudah disediakan, tapi dia tidak bisa merubah pakem yang sudah di desain sedemikian rupa oleh si pembuat game. Ketika kita bermain PES atau Winning Eleven, kita bisa menggocek dengan berbagai gaya namun kita tidak pernah bisa menendang bola keluar dari monitor di depan kita.

Aihhh. Meski ngelantur dan otak-atik-matuk, tidak ada salahnya kita belajar dulu dari game sebelum benar-benar menganalisa kehidupan ini. Apalagi seorang aktivis memang dituntut untuk mempunyai dasar sejak dari ide hingga perbuatan. Atauuu…. Jangan-jangan ini akal-akalan Durahman saja. Ia bukan memanfaatkan game untuk menganalisa diri, melainkan memanfaatkan Analisa Diri sebagai landasan ngegame-riaYou Rock!!!!

Muhammad Hidayatullah

mbahdoyok

Leave a Reply